Manajemen pengetahuan merupakan topik kajian hangat di era 1990-an. Saat itu dunia bisnis tengah berada pada masa transisi dan manajemen pengetahuan yang efektif banyak dianjurkan sebagai strategi untuk menggali aset-aset organisasi yang bersifat tak teraga (intangible).
Pada waktu itu, manajemen pengetahuan dilampirkan dalam piranti lunak semata-mata sebagai alasan pemasaran. Kini, istilah manajemen pengetahuan sering dimaknai secara berbeda-beda tergantung organisasi yang menerapkannya, tak terkecuali organisasi masyarakat sipil.
Menurut Lytras dkk (2008) dalam Knowledge Management Strategies: A Handbook of Applied Technologies, ada lima tingkatan pengetahuan yang harus dikelola dalam organisasi, yaitu:
1. Tingkatan Artefak
– Manajemen Dokumen
– Manajemen metadata dan semantik
– Manajemen Taksonomi
2. Tingkat Individu
– Pengontruksian keahlian A-Z (Yellow Page)
– Manajemen Profil Individu
– Manajemen pengetahuan yang masih berupa tacit
3. Tingkat Tim
– Manajemen Aliran Kerja
– Manajemen Forum Diskusi
– Penggalian Sistem-sistem kerja bersama
– Manajemen dinamika tim
4. Tingkat organisasi
– Membangun kisah sukses (Best Practice)
– Pengemabngan peta pengetahuan (ontologi)
– Manajemen kemampuan (kompetensi)
– Manajemen ingatan (memory) organisasi
5. Tingkat Interorganisasi
– Manajemen jaringan interorganisasi
– Manajemen proyek
– Teknologi masa depan