Mengikuti Proses Warga Cibangkong Membangun Basis Data

Mulai pertengahan Februari lalu warga Kelurahan Cibangkong serentak melakukan pendataan masalah, kebutuhan, dan sumberdaya di lingkungannya masing-masing. Data yang diperoleh kemudian dipetakan dalam peta dasar masing-masing RW dan peta kelurahan, serta dianalisis hubungan sebab-akibatnya. Untuk beberapa masalah, warga bahkan sudah membuat perencanaan untuk mengatasinya.

Sebelum memulai pemetaan, warga mengikuti pelatihan pemetaan di Gedung Serba Guna (GSG) RW 11, Dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Forum Warga Kelurahan Cibang-kong bersama dengan Lembaga Koordinasi KSM se-Jawa Barat (Lemkorwil Jabar) ini, peserta yang ikul tidak kurang dari 100 warga —dari rata-rata 10 utusan warga untuk tiap RW dari 13 RW di 0»bangkong. Saking banyaknya yang terlibat, belasan warga terpaksa mengikuti pelatihan dari halaman GSG.

Selepas dari pelatihan, warga Cibangkong serentak menggelar pelatihan di lokasi masing-masing. Dari 13 RW, baru enam RW yang dalam melakukan pendataan dan pemetaan masalah, kebutuhan, dan potensi sumberdaya didampingi oleh Lemkorwil Jabar, yaitu RW 01, 03, 06, 07, 11, dan 12. Untuk keenam lokasi ini masalah dan kebutuhan yang ada tidak hanya didata, melainkan juga dipetakan, dianalisis sebab-akibatnya, dan direncanakan alternatif penyelesaiannya.

Beberapa diantaranya adalah masalah banjir, sampah, jalan lingkungan, saluran pembuangan air, keluarga prasejahtera, pengangguran, usaha kecil warga, kesulitan air bersih, dan anak putus sekolah.

Untuk masalah banjir warga dengan mudah menetapkan bahwa banjir sering terjadi di RW-RW 05, 06, 07, dan 11. Setelah melakukan penyusuran Anak Kali Cikapundung Kolot, warga menemukan juga penyebab banjir, yaitu terjadinya pendangkalan akibat pengendapan sampah dan penyempitan sungai di beberapa tempat karena ada warga yang melebarkan bangunan rumah ke arah sungai.

Sedang untuk masalah sampah warga menemukan bahwa sulitnya penanganan sampah, khususnya di RW-RW yang berdekatan dengan Anak Kali Cikapundung Kolot, muncul karena bangunan rumah sangal berdekatan dan ada beberapa gang yang sangat sempit hingga tak bisa dilalui gerobak sampah. Jadi masalah sampah sangat berkaitan dengan kelerbatasan prasarana dan sarana lingkungan permukiman, selain karena belum adanya manajemen pengelolaan sampah yang merata di semua RW, sebagaimana di RW 11.

Tim pemetaan masalah air bersih menemukan bahwa kebanyakan warga Cibangkong mengalami kesulitan memperoleh air bersih. Air dari sumur-sumur warga mengandung logam yang tinggi dan di banyak kasus malah berbau busuk yang diduga warga karena rembesan air kali yang banyak tercemar sampah. Tim pemetaan warga juga menemukan beberapa upaya warga untuk mendapatkan air bersih, antara lain dengan membeli, menjernihkan air tercemar dengan bahan kimia pembersih air, minta ke tetangga yang air sumurnya jernih, dan lain-lain. Masalah ini kebanyakan dikeluhkan oleh para ihu rumah tangga.

Sementara itu tim pemetaan masalah keluarga pra-sejahtera, pengangguran, dan anak putus sekolah, menemukan di Kclurahan Cibangkong keluarga prasejahtera terbanyak ada di RW 01, pengangguran terbanyak di RW 05, dan anak putus sekolah paling banyak terdapat di RW 11. Untuk tiga masalah ini warga belum melakukan analisis sebab-akibat secara mendalam karena, selain rumit juga berkailan dengan banyak masalah di luar warga. Di antaranya adalah akibat krisis moneter yang mengakibatkan banyaknya warga yang kehilangan pekerjaan dan naiknya harga-harga bahan kebutuhan pokok.

Untuk potensi sumberdaya warga telah mendata banyak pelaku usaha kecil, dari pedagang baso, mi ayam, warung nasi, warung rokok, bengkel, dan lain-lain. Data potensi ekonomi warga yang diperoleh tim pemetaan Forum Warga Kelurahan Cibangkong, terbilang lengkap. Selain data admin-istratiftentang nama.jenis usaha, dan alamat, warga juga mendata modal awal, waktu mulai menjalankan usaha, omset, modal terakhir, penghasilan perbulan, jumlah tanggungan keluarga, status tcmpat tinggal, dan lain-lain.

Proses Pemetaan
Pendataan dan pemetaan oleh warga Kelurahan Cihangkong bersama Lemkorwil Jabar dilakukan dengan dua cara, yaitu pemetaan di dalam rembug warga dan pemetaan melalui penelusuran langsung kc lokasi. Dalam rembug warga, pendataan dan pemetaan dilakukan dengan memberi kesempatan kepada utusan dari masing-masing RT untuk menyam-paikan apa masalah-masalah yang diketahuinya, sekaligus posisinya.

Warga dari RT lain dan fasi-litator kemudian membantu mendetilkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Semua warga yang terlibat mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan apa yang diketahuinya. Hasil eksplorasi dari warga digambar di atas peta dasar RW yang sudah disiapkan. Hasil pemetaan di kelas ini kemudian dicek kebenaran dan ketepatannya melalui penyusuran langsung ke lokasi-lokasi yang telah disebutkan dalam pertemuan langsung.

Untuk masalah banjir misalnya, warga menyusuri tcpi kali yang sudah disebut sebagai penyebab terjadinya banjir, dan mendatangi batas-batas terluar lokasi yang terkena banjir. Untuk masalah sampah, warga mendatangi tumpukan-tumpukan sampah dari dari situ memulai awal penyusuran lokasi-lokasi warga yang membuang sampah di tempat tersebut. Juga gang-gang sempit yang tidak bisa dilalui gerobak sampah. Demikian pula terhadap saluran air yang tersumbat sampah atau yang terbuka dan sering menjadi sumber bau tidak sedap di musim kemarau.

Masalah keluraga prasejahtera, pe-ngangguran, dan anak putus sekolah, serta potensi warga berupa usaha-usaha kecil, dalam pendataan warga dibekali dengan daftar pertanyaan dan mendatangi satu-persatu warga yang sudah didata dalam rembuk warga. Menurut Maman Hidayat, kctua Lemkorwil Jabar, dalam pemetaan lapangan melalui penyusuran dan datang dari rumah ke rumah, tak jarang data yang diungkapkan dalam pertemuan tidak akurat bahkan salah. “Yang kita pegang tentu saja data lapangan. Pela masalah dan potensi yang kila buat dalam rembug warga kita betulkan,” katanya.

Basis Data
Data masalah dan potensi warga berikut peta dan analisis sebab dan akibatnya kini terkumpul di sekretariat Forum Warga Kelurahan Cibangkong, di salah satu kamar luar rumah ketuanya, Andarusman. Banyak yang masih berupa lembaran kertas, tapi sebagian sudah berbentuk file elektronik dan disimpan di komputer milik Forum Warga Kelurahan Cibangkong bantuan Ford Foundation.

Dari pengamatan Kombinasi ke sekretariat Forum Warga Kelurahan Cibangkong, data masalah dan potensi semua RW se-Kelurahan Cibangkong telah tersedia, bahkan untuk RW-RW yang menurut Maman belum dilakukan pemetaan bersama dengan Lemkorwil Jabar. “Merekamelakukan pendataan dan pemetaan sendiri kemudian membawa hasilnya ke sini, mereka ketik sendiri di komputer. Sekalian belajar komputer kata mereka,” tukas Maman.

Kini data masalah, gambar peta masalah, hasil analisis sebab akibat berikut bebcrapa hasil perencanaan warga telah terkumpul, bersama dengan hasil-hasil pertemuan warga lainnya, dari mulai data warga penerima OPK yang diusulkan Forum Kelurahan sampai data warga penerima dana bantuan modal dari program P2KP. Nah, langkah berikutnya adalah menata data dan informasi yang sudah terkumpul, agar mudah diakses jika dibutuhkan dan mudah diperbarui jika ada data dan intbrmasi baru atau yang berubah.

Sambil menunggu program yang dipersiapkan manajemen Combine pusat, Forum Warga Kelurahan Cibangkong mcmpersiapkan salah seorang warga, Wawang, untuk belajar komputer, khususnya program Database.

Proses belajar Wawang tergolong unik, antara lain dengan cara terlibat dalam program pendataan buruh anak di Cibaduyut yang dikerjakan oleh Skepo, Lembaga Penelitian Perilaku, untuk ILO pada akhir tahun 2000 lalu. Selain belajar sambil bekerja untuk program data base, Wawang juga mendalami program (software) pembuatan peta di komputer.

Rencana Tindak Lanjut
Setelah mendata dan memetakan banyak masalah di warga. Forum Warga Kelurahan Cibangkong dan Lemkorwil Jabar merasa gamang melanjutkannya ke tingkat pcrencanaan.

Kini, baru masalah anak putus sekolah dan pengembangan usaha kecil yang sudah ada perencanaannya. Pasalnya, warga belum melihat kemungkinan realisasinya, karena belum ada perangkat untuk melakukan advokasi dan mempertemukan warga dengan pelaku lain yang lebih menguasai sumberdaya yang diperlukan warga. “Ini kami rasakan sejak melakukan pendataan, para penganggur misalnya sering nyeletuk, ‘mau diapakan didata, mau dicarikan pekerjaan,” ujar Maman setengah mengeluh. *

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud