Sembilan Kelurahan dan satu Kawasan

Oleh A. Kurniawan

Di Kota Bandung, Program Combine diujicobakan di sembilan (9) Kelurahan dan satu (1) kawasan peda-gang kaki lima (PKL) di Jalan Otto Iskandardina (Otista). Di Kecamatan Batununggal ada Kelurahan Cibangkong, Maleer, dan Gumuruh. Di Kecamatan Arcamanik ada Kelurahan Sukapura, di Kecamatan Coblong ada Tamansari dan Cigadung. Selain itu ada Kelurahan Pasirluyu dan Babakan Ciparay di Wilayah Tegallega.

Gumuruh
Warga Gumuruh, khusus para pemuda, merasa LKMD Kelurahan Gumuruh tertutup. Selain ridak menyebarluaskan informasi program-program pembangunan, utamanya JPS, jika ditanya oleh warga pun tetap tidak memberikan informasi, malah merasa dicurigai. Dua orang tenaga lapangan dari IAMF dan AKPPI Jawa Barat yang memperkenalkan program Combine pun disambut baik. Dianggap bisa membantu warga mengatasi banyak masalah.

Setelah melalui beberapa rembug, warga akhirnya membentuk Tim Kecil yang bertugas menggali dan mensosialisasikan aspirasi dan harapan warga atas program Combine. Tim Kecil yang didominasi kalangan pemuda ini juga mem-persiapkan pembentukan Forum Warga yang representadf. Rancangan visi, misi, strategi dan Anggaran Dasar pun telah dirumuskan dan disosialisasikan kepada warga dan aparat kelurahan. Tapi partisipasi warga masih rendah dan hanya mengandalkan beberapa tokoh saja.

Cigadung
Ketika didatangi dua orang tenaga lapangan dari AKPPI Jabar dan IAMF yang memperkenalkan program Combine, Lurah Cigadung menanyakan surat izin sospol. Lalu dua orang Combine ini langsung berhubungan dengan warga. Dan warga menyambut baik, tanpa bertanya soal perijinan. Para pemuda karang taruna bahkan bersedia terlibat secara penuh untuk menyebarluaskan gagasan jaringan informasi berbasis komunitas kepada warga lain dengan membentuk tim kecil.

Tim kecil ini juga yang menghubungi kelurahan dan Lurah Cigadung menampakkan dukungan. Kini tim kecil sedang nelakukan pendataan dan pemetaan masalah serta menjajaki cemungkinan membentuk Forum Warga yang dikehendaki varga, apakah harus membentuk lembaga baru ataukah mem-aerbaiki keterlibatan warga dalam lembaga warga yang sudah

Cikutra
Tinggal bersama (live in) tampaknya merupakan cara yang cukup efektif untufc mempercepat proses sosialisasi program kepada warga. Setelah cukup melakukan penjajagan, sasaran awal yang dibidik adalah para pemuda yang saat ini sudah punya forum tingkat kelurahan. Forum Komunikasi Karang Taruna (FKKT). Lewat beberapa rembug yang memanfaatkan buka puasa bersama, gagasan Combine pun diperke-nalkan dan disambut baik. Dicapailah kesepakatan membentuk SAPRCI (Sarase-han Pemuda Cikutra), cikal bakal Forum Warga. Hingga saat ini, SAPECI masih ferus menyebarluaskan program Combine ke para tokoh, sekaligus untuk mendapatkan pengakuan SAPECI sebagai Tim Formatur menuju terbentuknya Forum Warga.

Pasirluyu
Warga Pasirluyu gelisah dan kesal dengan praktek pelaksanaan program-program JPS. Seakan mendapat tambahan darah segar dengan kehadiran tenaga lapangan dari IAMF yang menawarkan gagasan jaringan informasi berbasis komunitas, warga menyambut baik pelaksanaan Combine di wilayahnya. Bahkan ingin secepatnya melakukan praktik pemantauan. Warga tertarik dengan kisah sukses tentang Cibangkong di Bandung, Kamal Muara Jakarta, Buletin “Angkringan” Yog-yakarta dan lain sebagainya, yang disampaikan oleh tanaga lapangan IAMF.

Dipilihiah untuk memantau pengelolaan zakat. Pemantauan zakat yang dilakukan para tokoh kunci lewat Fordamapas (Forum Pemberdayaan Masyarakat Pasirluyu) gagal karena malah menyudutkan Pordamapas. Para pengurus Pordamapas pun sadar bahwa harus lebih dulu mencari dukungan warga terhadap forum sebelum melakukan aktivitas kongkret. Untuk itu, kegiatan mulai diarahkan pada pemetaan dan sosialisasi secara meluas.

Tamansari
Tamansari tergolong wilayah yang “kenyang” urusan pemberdayaan warga. Ada program JPS, ada yang menjajaki kemungkinan pembangunan rumah susun, ada yang mempersiapkan warga menjelang pembangunan jalan tol dan jembatan layang antara jalan Pasteur – Surapati, dan lain-lain. Hubungan dan komunikasi antar warga. terbilang cukup intensif. Selain itu di kelurahan yang terletak di lembah Kali Cikapundung ini punya banyak forum warga. Tapi warga merasa tidak cukup terwakili. Warga pun ingin membentuk lembaga yang lebih bisa mewakili warga dan bisa menampung keterlibatan warga secara aktif. Warga memutuskan forum warga terdiri dari perwakilan semua RW di Tamansari, karena lembaga RW diang gap penting oleh warga. Dibentuklah kemudian Forum RW Tamansari. Lalu melalui beberapa rembug yang juga melibatkan para tokoh dan aktivis masyarakat lainnya, Forum RW pun disepakad untuk dikembangkan menjadi Forum Rukun Warga Tamansari (FORWATA) dengan menempatkan para ketua RW sebagai presidium dan memilih pengurus Badan Pelaksana dari warga Tamansari yang dinilai punya kemam-puan teknik dan manajemen serta punya kepedulian terhadap masalah warga.

Babakan Ciparay
Program-program pemberdayaan di Kelurahan Babakan Ciparay, terutama program-program JPS, dianggap warga tidak terlaksana dengan baik. Selain tidak tepat sasaran, juga hanya melibatkan para aparat kelurahan, LKMD, RW, dan RT. Warga pun curiga menerima kehadiran program Combine. Setelah memperoleh penjelasan Combine ditujukan agar warga bisa membangun partisipasi yang kuat dalam sedap program, warga baru mau terlibat. Singkat cerita, setelah melakukan beberapa rembug, Tim Kecil pun terbentuk pada pertengahan Januari 2001. Tugas am ini melakukan sosialisasi secara meluas ke warga Kelurahan Babakan Ciparay.

Lewat sosialisasi ke beberapa RW, akhirnya warga sepakat mengadakan rembug kelurahan pada minggu kedua bulan Februari. Pertemuan dihadiri perwakilan enam (6) RW dari 9 RW, serta beberapa aparat kelurahan dan pengurus LKMD. Para perangkat RW, LKMD, dan Kelurahan mempertanyakan gagasan membentuk forum warga, yang mungkin tumpang tindih dengan lembaga yg sudah ada seperd LPM atau LKMD. Mereka berkeras, bahwa jika ingin membuat forum warga harus rapat warga harus dihadiri Lurah dan perwakilan dari semua RW di Babakan Ciparay.

Cibangkong
Warga Kelurahan Cibangkong telah mengenal gagasan jar-ingan informasi berbasis komunitas sejak pertengahan tahun 1998, melalui program Community Based Monitoring (CBM) yang diselenggarakan oleh lembaga Social Monitoring and Early Response Unit (Smeru) yang disponsori oleh Bank Dunia. Bahkan diakhir tahun 1998 warga Cibangkong sudah memiliki Forum Kelurahan (FK). Kerika program Combine diperke-nalkan dengan konsep yang hampir serupa, warga melalui FK segera bisa menerima. Para pengurus FK kemudian melaku¬kan konsolidari dan sosialisasi ularig kepada warga.

Dengan bantuan tenaga lapangan dari Lembaga Koordi-nasi KSM Wilayah Jawa Barat (Lemkorwil Jabar) FK menso-sialisasikan program Combine dengan melibatkan pengurus RW, tokoh masyarakat, perwakilan pemuda, perwakilan PKK, dan wakil kelompok warga lainnya, Dalam musyawarah selanjutnya warga sepakat untuk menggand nama Forum Kelurahan menjadi Forum Warga Cibangkong, sebab menurut warga forum yang dibentu bukanlah milik kelurahan. Forum warga Cibangkong sejak 19 November 2000 sudah membentuk dm pemetaan. Tim ini telah dan sedang mendata dan memetakan masalah, kebutuhan, dan potensi warga di semua RW Hasil pemetaan di RW 01,06 dan 11 malah sudah didokumentasikan dalam bentuk digital di komputer milik Forum Warga Cibang¬kong hasil kerjasama dengan sekeretariat program Combine.

Sukapura
Di Kelurahan Sukapura, warga yang lebih dulu mengetahui Combine adalah para pemuda, yaitu para pengurus Karang Taruna RW pada akhir November hingga awal Desember 2000. Pada pertengan hingga akhir Desember rencana para pemuda bersama tenaga lapangan dari AKPPI Jawa Barat untuk mensosialisasikan program Combine banyak yang batal karena warga sibuk mempersiapkan lebaran, dan kemudian bersepakat dilanjutkan pada Januari 2001. Pada bulan pertama’ tahun 2001, dilakukan dga kali rembug warga. Di rembug yang pertama, disepakati dibentuk Tim Kecil yang beranggotakan wakil RW masing-masing satu orang yang bertugas melakukan sosialisasi di masing-masing RW. Pada rembug yang kedua, yang juga dihadiri oleh wakil dari kelurahan. Dalam pertemuan ini, terungkap beberapa masalah yang dipandang isu strategis; tentang penyimpangan program pembangunan, penanggulan-gan pengangguran dan pengembangan jaringan usaha.

Sementara rembug ketiga yang dihadiri oleh para akrivis Karang Taruna, disepakad membentuk panitia persiapan pembentukan forum warga kelurahan Sukapura. Disepakad pula untuk melakukan pertemuan rurin dap Jumat sore dengan agenda penguatan visi dan misi, serta penyusunan rencana kerja dan struktur organisasi. Pada akhir Februari 2001 diren-cakan Lokakarya untuk membentuk Forum Warga. Tapi hingga kini belum terbentuk.

Maleer
Warga Kelurahan Maleer mendapatkan informasi tentang program jaringan informasi berbasis komunitas (Combine) mulai bulan November 2000. Awalnya para ketua RW yang kemudian mengadakan rembug warga, yang diikud para tokoh warga, pengurus PKK, Karang Taruna, dan warga lainnya. Pengenalan tentang Combine yang dilakukan oleh dua orang fasilitator dari AKPPI Jabar dan IAMF cepat dipahami warga. Setidaknya dari cerita warga bahwa selama ini warga kurang dapat informasi tentang program-program di Maleer, dan melalui Combine masalah tersebut diharap bisa diatasi. Hanya saja warga kawatir Combine akan gagal seperti P2KP yang salah sasaran dan lain-lain. Masalah ini sedikit demi sedikit terkikis seiring dengan meluas dan meningkatnya pemahaman warga atas Combine.

Dalam sosialisasi pada bulan November hingga Desember 2000, warga dan aparat kelurahan menerima baik gagasan Combine. Bahkan beberapa diantaranya, seperd di RW 07 dan RW 08 langsung tergerak membentuk Forum Warga di tingkat RW Seiring dengan itu, penyiapan pembentukan Forum Warga di tingkat kelurahan pun dilakukan. Kini warga, melalui dm kecil, sedang mempersiapkan rancangan organi¬sasi dan perangkat aturannya lembaga warga Maleer.

Otista
Pada pertengahan tahun 1999 beberapa pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Otto Iskandardinata (Odsta), datang ke Praksis minta bantuan membuat rancana penataan PKL di Otista. Mereka khawadr hubungan antara PKL dengan warga dan pemilik toko menjadi rusak dan berubah menjadi kerusu-han, seperd terjadi di Jalan Cibadak beberapa bulan sebelumnya. Praksis pun bersedia. Beberapa tenaga lapangan Praksis bersama-sama IMO (Ikatan Masyarakat Odsta) melakukan pendataan dan pemetaan masalah yang ada. Mereka menemukan beberapa masatah, antara lain kondisi tempat berdagang PKL ddak teratur dan menghalangi toko, trotoar selebar 2 meter untuk pejalan kaki hanya tersisa 60 sentirneter. Ada juga masalah kebersihan, kesan semerawut, dan lain-lain.

Praksis, PKL, pemilik toko, dan warga sekitar kawasan Otista punya anggapan sama, bahwa masalah-rnasalah tersebut harus diatasi bersama, bukan hanya menyalahkan PKL atau yang lain. Lewat berbagai rembug pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan kawasan Otista ini menghasilkan kesepakatan penting yaitu membentuk Tim Kendali yang beranggotakan perwakilan PKL, warga dan pemilik toko. Tim Kendali disepakari berfungsi sebagai pusat pengaduan, pemantauan, dan pengaduan. Lebih jauh dm ini juga diberi mandat untuk merencanakan penataan kawasan. Hal kong-kret yang dihasilkan oleh Tim Kendali hingga kini adalah upaya mandiri para PKL untuk merapikan tempatnya berdagang. Lapak yang tadinya menghalangi toko sekarang ddak dan trotoar yang tadinya hanya selebar 60 sentimeter sekarang menjadi 1 meter.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud