Internet untuk Petani Stroberi di Bedugul

Oleh Biduk Rokhmani

Di era ekonomi global, internet telah menjadi sarana vital untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dalam berbisnis seperti layaknya telepon. Kesadaran itulah yang mendasari I Wayan Kanten, seorang petani stroberi di Desa Pancasari, Bedugul, Bali untuk meningkatkan produksi dan penjualannya.

Kanten (28) tergerak mengikuti program “Unlimited Potential” yang digelar Microsoft Indonesia di Jakarta. Ia mengikuti pelatihan di ASEAN Foundation bersama peserta lainnya dari LPD Beng Gianyar Bali, Yayasan Garis Tepi Bojonegoro, dan KSSPM (Kelompok Studi dan Pembangunan Prakarsa Masyarakat) Parapat Medan. Mereka dilatih menggunakan sistem operasi, aplikasi, cara mengakses internet, mengirim surat elektronik, hingga cara menulis berita dan artikel untuk menyumbangkan tulisan dan berita di situs Pustaka Tani. Sebuah situs yang dibangun untuk wadah komunikasi dan pertukaran informasi bagi masyarakat petani.

Kini ia sendiri telah menjadi pelatih penggunaan komputer bagi para petani stroberi di Pusat Pelatihan Teknologi Masyarakat Tani CTLC (Community Training and Learning Centre) Bedugul. Diharapkan dengan adanya CTLC ini maka para petani stroberi dapat bertukar pengetahuan tentang cara budidaya stroberi dan tanaman hortikultura lainnya dengan sesama petani di daerah lain di Indonesia, bahkan di mancanegara. Mereka juga dapat menjual komoditas pertaniannya lewat internet.

Kebetulan Kanten sendiri cukup sukses dengan mengubah sistem bertaninya. Jika petani lain menghabiskan waktu di ladang stoberi dengan berpanas-panas, Kanten cukup merawat tanamannya di rumah plastik. Ia hanya memakai pupuk organik untuk tanaman stroberi di pot-pot bertingkat. Ternyata hasil panennya meningkat tiga kali lipat dibanding cara konvensional. Sebab, di rumah plastik itu tanamannya terlindung dari hama sehingga hasil panen menjadi lebih tinggi. Terlebih lagi, saat ini banyak orang tengah gencar mengikuti gaya hidup kembali ke alam. Sehingga harga beli komoditas pertanian organik cenderung lebih tinggi dibandingkan produk pertanian yang menggunakan pestisida. Tentunya pengetahuan semacam ini dapat berguna bagi petani lainnya, apalagi kalau sudah bisa disebar melalui internet. (Sumber : Kompas, 15 Juni 2005)