Oleh Zein Mufarrih Muktaf
Bisa Anda bayangkan jika gajah menjadi hama bagi petani. Tubuhnya yang besar jelas membuat petani berpikir seribu kali untuk membasminya. Peristiwa gajah menjadi hama terjadi di Tessonilo, Riau. Dikarenakan sumber makanan makin menipis, gajah-gajah liar kemudian hijrah keluar hutan dan mencari makan di lahan-lahan pertanian warga. Dengan bergerombol, mereka memakan tanaman serta merusak lahan milik para petani.Berawal dari masalah tersebut, WWF bersama masyarakat di sekitar Taman Nasional Tessonilo berencana mendirikan radio komunitas. Tujuan awalnya adalah sebagai media informasi dan pendidikan lingkungan bagi masyarakat. Namun kenyataan yang ada, masalah gajah yang merusak lahan petani menjadi penting untuk diselesaikan. Radio Komunitas diharapkan bisa menjadi alat komunikasi dan informasi yang tepat untuk
menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Sistem yang tengah diperkenalkan adalah sistem peringatan dini dengan radio komunitas sebagai medianya yang dapat mempercepat penyebaran informasi di antara masyarakat sendiri. Wilayah setiap desa cukup luas, sehingga peran radio komunitas menjadi penting agar bisa mendapatkan akses yang cepat dan akurat.
Mengapa gajah yang sebelumnya dapat hidup berdampingan secara damai dengan manusia kini menjadi “monster” yang sangat ditakuti? Bagaimana tidak, jika ribuan hektar kelapa sawit milik para petani maupun perusahaan di sekitar Taman NasionalTesso Nilosering kali luluh lantak dirusak gajah liar. Lebih dari itu, tentu hal ini juga merugikan ekonomi masyarakat. Tetapi kita juga perlu bercermin mengapa konflik ini bisa terjadi. Penebangan hutan yang serampangan serta semakin luasnya lahan pertanian telah mempersempit ruang habitat gajah. Tentunya gajah tidak bisa dipersalahkan begitu saja, seperti manusia,mereka juga butuh makan. Saat di tengah hutan sumber makanan sudah menipis, akhirnya mereka keluar untuk mencari makan.
Konflik gajah vs manusia kerap terjadi di wilayah tersebut. Seperti peristiwa yang terjadi di Tasik Serai, Kabupaten Bengkalis. Pertarungan gajah dan manusia yang terjadi pada bulan November 2006 lalu itu mengakibatkan satu orang tewas. Korban tersebut merupakan seorang buruh kontrak penanaman akasia di perkebunan akasia milik PT Arara Abadi. Korban tak terelakkan karena gerombolan gajah yang besar itu tak mampu diusir oleh manusia yang jumlahnya terbatas, dengan senjata yang seadanya. Peran
radio komunitas menjadi solusi guna memudahkan informasi ke semua warga. Biasanya warga masih sangat sederhana menangani masalah tersebut.
Dengan adanya informasi dan komunikasi yang cepat, maka masyarakat bisa dengan cepat merespon gejala-gejala yang akan terjadi. Bukan hanya masalah gajah, tetapi juga masalah kebakaran hutan dan banjir.
Sebelum mendirikan radio komunitas maka diadakan sejumlah training yang berawal
menumbuhkan kesadaran pemanfaatan media radio komunitas.Tahap selanjutnya akan dibentuk forum warga yang bernama Forum Masyarakat Tessonilo yang nantinya akan mengelola informasi di radio komunitas.
Masyarakat di kawasan Tessonilo cukup antusias atas rencana pendirian radio tersebut.
Antusiasme mereka merupakan modal awal untuk menguatkan kapasitas mereka dalam mengelola radio,dari mulai program hingga hal teknis.
Proyek uji coba pendirian radio komunitas baru akan dilakukan di satu desa, yaitu di Desa Pangkalan Gondai. Belajar dari pengalaman di satu desa ini, kelak akan diukur seberapa penting radio bagi masyarakat. Harapannya radio ini bisa diterapkan di 22 desa yang mengelilingi taman nasional tersebut.
Tujuan lain pendirian radio komunitas adalah meningkatkan sikap kritis warga atas apa
yang terjadi di lingkungannya. Kelak diharapkan warga akan mampu membangun sendiri
kekuatannya.