Manajemen Media Komunitas

Oleh Combine Resource Institution

Manajemen dapat juga diartikan sebagai pengaturan. Bagaimana mengatur media? Susahkan mengatur media? Atau bagaimana membuat media yang bagus? Marilah kita bahas hal tersebut satu persatu.Sebelum ada media

Bagamana kalau sebuah komunitas belum mempunyai sebuah media (komunitas –red)?
Tentunya yang diperlukan adalah perencanaan untuk membuat media tersebut. Hal-hal apa saja yang perlu direncanakan?. Yang pertama yang perlu direncanakan adalah misi media. Kenapa misi media harus direncanakan? Karena misi medialah yang akan sangat berpengaruh terhadap isi media, menjadi pedoman setiap anggota media tersebut dan  bahkan menentukan kelangsungan media tersebut. Coba anda bayangkan apa jadinya kalau pesawat terbang tidak punya tujuan? Pasti hanya akan berputar-putar di udara sampai bahan bakar habis untuk kemudian jatuh dan hancur. Kira-kira seperti itulah jika sebuah media tidak punya misi. Lalu bagaimana cara menentukan misi ini?. Ada banyak pertimbangan sebenarnya, antara lain kondisi komunitas tersebut. Kalau komunitas itu misalnya hanya terdiri dari orang-orang yang lanjut usia, masak misi media kita akan mencerdaskan komunitas lewat generasi muda misalnya, kan jadi tidak sesuai?

Setelah misi terbentuk, baru kemudian menentukan sasaran pembaca, yang nantinya akan mempengaruhi kebijakan media juga. Nah bagaimana pula menentukan kebijakan media dengan sasaran pembaca? Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi hal tersebut. Diantaranya adalah faktor data kependudukan atau demografis seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat ekonomi. Misalnya  media yang ditujukan untuk usia dibawah 10 tahun, haruslah media yang mementingkan pembacanya, misalnya bentuk huruf yang mudah dibaca, bahasa yang sederhana dsb. Kemudian faktor sosial atau sosiografis seperti budaya , norma dan nilai sosial. Anda pasti tahu komunitas masyarakat di Kauman bukan? Ketika mereka membuat media komunitas, pasti akan sangat berbeda bila dibanding dengan media kawasan Pasar Kembang misalnya, baik dari segi pemakaian bahasa, isi media atau tata letaknya. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah kondisi ekonomi anggota komunitas itu sendiri. Kalau anggota komunitas tersebut maayoritas adalah orang2 yang miskin, kita tentu tidak akan menjual media kita dengan mahal kan?

Oh.. ya, yang juga akan berpengaruh terhadap kebijakan media adalah kondisi orang perorang dalam komunitas tersebut yang lazim disebut faktor psikografis. Anda pasti mengenal tabloid Motorplus atau Bola? Nah..media yang seperti itu, juga berangkat dari individu-individu yang menggemari otomotif dan sepakbola. Jelas kan?

Hal–hal diatas sedikit banyak juga akan mempengaruhi periodisasi media yang akan dibuat, misalnya komunitas yang mayoritas berpenghasilan rendah, pasti akan mempertimbangkan untuk tidak terbit terlalu sering, karena bisa memberatkan komunitas tersebut.

Sekarang berbicara bentuk media komunitasnya. Ada banyak sekali pilihan yang kesemuanya sama-sama boleh digunakan. Misalnya saja bentuk buletin yang banyak dipakai oleh media komunitas yang ada sekarang, semisal Angkringan atau Pasekan Pos. Pertimbangannya lebih ke murahnya dan kemudahan dalam memperbanyaknya. Tetapi bukan berarti yang lain tidak bisa digunakan lho. Itu akan sangat bergantung sekali pada kondisi komunitas itu sendiri. Kok bisa sih? Misalkan saja komunitas dengan anggota yang rata2 baru lulus ujian persamaan SD pasti akan lebih efektif kalo media komunitasnya besar dengan huruf yang besar pula, misalnya bentuk koran atau tabloid dengan hurufnya segede ibu jari. Demikian pula dengan komunitas yang lain. Sangat mungkin akan berebeda.

Nah…proses perencanaan telah selesai, bayangan media yang akan kita buat telah terpampang jelas di depan mata, mulai dari bentuk, periodisasi, misi dan sasaran pembaca. Langkah berikutnya tentu saja adalah merekrut orang-orang yang dirasa mampu dan mau mengembagkan sebuah media. Rekrutmen yang baik tentu saja rekrutmen yang terbuka, dan untuk menuju kesana diperlukan publikasi yang luas. Baru setelah itu diadakan seleksi yang bentuknya menyesuaikan kondisi komunitas tersebut. Nah setelah tahap penyaringan, sekarang kita sudah punya orang-orang yang siap bekerja. Tetapi mampukah kalau hanya dengan kemauan dan otak kosong? Tentu akan sulit. Nah disini kita membutuhkan pelatihan atau diklat yang bisa membekali mereka dengan pengetahuan yang memadai. Yaa….seperti apa yang kita lakukan hari ini.
Baiklah sekarang kita sudah mempunyai gambaran jelas media, dan orang-orang yang berkemauan keras dan telah dibekali dengan pengetahuan jurnalistik. Apa lagi sekarang?

Kita harus membagi tugas supaya mereka bekerja dengan arah yang jelas dan tugas yang sudah sesuai. Banyak model pembagian tugas sebenarnya, tetapi yang umum dipakai adalah Bagian Redaksi yang bertanggung jawab pada isi media, Perusahaan yang mengurusi soal dana, iklan, distribusi, promosi dsb, Litbang yang bertanggung jawab terhadap dokumen2 dan data-data penting komunitas, dan bagian produksi yang nantinya mengerjakan tulisan sampai menjadi bentuk media yang siap edar serta bagian umum yang mengurusi administrasi dan hal lain yang belum tergarap oleh bagian yang lain. Biasanya yang di bagian umum ini adalah pemimpin umum atau penanggung jawab dan Sekretaris umum.

Nah sekarang apa yang harus dilakukan ketika semuanya sudah siap? Simak dulu diagram di bawah ini :

Dalam diagram tersebut menunjukkan proses sebuah media dibuat. Mulai dari persiapan yang melibatkan semua bagian baik itu, redaksi, perusahaan, litbang, produksi dan bagian umum. Tujuannya tentu saja untuk mengatur cara kerja, jadwal kerja dan proses kerja untuk satu edisi. Setelah masing-masing mendapatkan tugas yang jelas, proses kedua dimulai dimana redaksi mulai turun ke lapangan mencari berita, perusahaan bergerak mencari iklan dsb.Produksi mengumpulkan semua materi yang dihasilkan oleh masing-masing bagian. Produksi bertugas menata letak, memberi ilustrasi dan menyusunnya menjadi media yang sesuai dengan misi semula. Setelah menjadi media, langkah selanjutnya adalah menyebarkan media tersebut, agar berita-berita yang ditulis dapat terbaca oleh komunitas.

Disampaikan dalam Pelatihan Radio Komunitas Mitra Program Community Radio Monitoring (CRM) di Yogyakarta, 3 – 9 Desember 2004

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud