Dari Kami

Tanpa ada tanda-tanda alam, tiba-tiba gelombang pasang datang begitu besar di beberapa belahan laut di Indonesia. Nelayan pun mengurungkan niatnya untuk mencari ikan. Alam semakin tidak menentu. Siklus musim tidak lagi bisa terorediksi seperti dulu. Ada apa gerangan? Tidak menentunya musim, hanya satu persoalan yang harus dihadapi oleh nelayan. Belum lagi soal hasil tangkapan ikan yang semakin sedikit karena terumbu karang sebagai “rumah ikan” semakin hancur. Belum lagi persoalan minimnya modal jika harus mencari ikan di kawasan yang lebih jauh ke laut lepas. Mereka yang tadinya ber-“kawan” dengan laut kahirnya harus pindah profesi sebagai kuli panggul, atau tukang ojek. Nelayan di Sulawesi Selatan kini pun juga sedang menjerit karena tidak adanya minyak tanah. Mereka telah mengganti solar dengan minyak tanah, tetapi bahan itu pun kini semakin langka. Siapa yang akan memperhatikan persoalan yang dihadapi oleh para nelayan? Indonesia, yang konon dibanggakan sebagai negara maritim, tidak mengindahkan kesulitan nelayan.

Kombinasi edisi 21 kini, mengangkat tema utama mengenai kehidupan nelayan di berbagai daerah di Indonesia. Januar Usman menuliskan persoalan yang dihadapi oleh nelayan di Kamal Muara, Jakarta. basri Andang menceritakan langkanya minyak tanah sebagai bahan bakar mesin perahu yang dialami oleh ratusan nelayan di muara Sungai Segeri, tepatnya di Kelurahan Bawa Salo, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Dari Cilacap, Kustoro menceritakan kondisi nelayan Kampung Laut yang kini sedang mengalami pendangkalan laguna Segara Anakan sebagai dampk langsung dari sedimentasi. Sementara, Samsul memaparkan kondisi nelayan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Untuk rubrik Telusur, Bambang MBK mengisahkan kondisi terumbu karang yang semakin rusak di pesisir pantai selatan Yogyakarta. terumbu karang diambil oleh warga untuk diperjualbelikan ke wisatawan degan harga yang sangat murah. Rubrik ekonomi rakyat kali ini mengankat perajin ikan asin di daerah Pangandaran. Cuaca tidak menentu yang kini dialami oelh nelayan Pangandaran berdampak pada produksi ikan asin di wilayah tersebut. Banyak perajin ikan asin yang berhenti berproduksi karena tidak ada pasokan ikan. Sementara untuk rubrik Info Sekilas, Adi Rumansyah dari Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) menceritakan pengalaman Radio Citra Melati yang diaranya dihentikan oleh Balai Monitoring (Balmon) dengan alasan mengganggu navigasi pesawat terbang. Masih banyak lagi artikel menarik yang kami sajikan pada edisi 21 ini. Selamat menikmati.

Tim kerja KOMBINASI Edisi 21 Juli 2007

Pemimpin Redaksi: Ade Tanesia
Editor: Biduk Rokhmani, Zein Mufarrih Muktaf
Penulis: Ambar Sari Dewi, B. Adi Rumansyah, Basri Andang, Bambang MBK, Januar Usman, Kustoro, Syamsul Alam
Layout Edisi Cetak: [email protected]
Ilustrator: Dani Yuniarto

Foto sampul depan dan belakang: Sahlul Fahmi

Buletin KOMBINASI diterbitkan oleh COMBINE Resource Institution
Alamat Redaksi: Jl. Ngadisuryan 26 Kraton, Yogyakarta 55133 Indonesia
Telp./faks.: +62-274-418 929
e-mail: [email protected]
Redaksi menerima kiriman artikel, agenda kegiatan, dan foto.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud