Oleh Ambar Sari Dewi
Shopping? ga zaman!! Blogging dong..!!
Kutipan itu saya temukan tanpa sengaja ketika sedang berselancar di dunia maya. Seorang anak sekolah bernama Uzie menuliskan judul tulisan itu di blog-nya, botsu.blogspot.com. Uzie menyebut dirinya bocah biru belia, alias botsu. Ia merangkum beragam pendapat mengenai blog beserta gagasannya untuk ‘memasyarakatkan blog dan menge-blog-kan masyarakat’ (ini murni istilah saya setelah membaca tulisan Botsu).Penasaran, saya teruskan membaca tulisan itu hingga akhir. Saya menemukan Botsu gelisah melihat teman-temannya yang hobi belanja. Bagi botsu, urusan hobi belanja ini bukan perkara sepele tapi menyangkut masa depan negara ini. Tapi kalau shopping sampai dijadikan hobi dan ditempatkan dalam kalimat “males………..mending shopping,” ini lain lagi masalahnya, ini bisa menyangkut masa depan bangsa Indonesia yang berkemanusiaan adil dan beradab. Saya sebagai seorang anak yang bangga menjadi warga negara Indonesia merasa perlu menghentikan kenistaan ini. (http://botsu.blogspot.com/2007/01/shopping-ga-jaman-blogging-dong.html)Botsu menutup tulisannya dengan ajakan blogging. “Dengan blog kita belajar menulis dan menyampaikan pendapat. Blog bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik”, tulis Botsu.
Blogging? Hmmm…apaan tuh?
Bagi yang bingung dengan istilah ini, blog adalah kependekan dari Weblog, istilah yang pertama kali digunakan oleh Jorn Barger pada bulan Desember 1997. Jorn Barger menggunakan istilah Weblog untuk menyebut kelompok website pribadi yang selalu diperbaharui secara teratur dan berisi link-link ke website lain yang mereka anggap menarik. Blog awalnya dikembangkan oleh segelintir programmer komputer. Seiring perkembangan teknologi, blog makin mudah digunakan bahkan oleh orang yang tidak paham komputer. Kini ribuan orang di seluruh dunia telah memiliki blog yang telah berkembang menjadi catatan harian (diary online), jurnal, foto, bahkan video.
Ada beberapa istilah yang berasal dari kata blog. Misalnya, blogging yaitu semua jenis aktivitas yang dilakukan berkaitan dengan blog (menulis/post, mengatur blog, dan lain-lain). Ada juga istilah blogwalking atau jalan-jalan ke blog milik orang lain, dan masih banyak lagi lainnya.
Seperti layaknya sebuah catatan harian, blog-blog yang saya kunjungi itu berisi hal-hal seputar kehidupan remaja, seperti informasi kegiatan sekolah (ulangan umum, ujian akhir, dan lain-lain), peluncuran situs sekolah, majalah sekolah edisi terbaru, atau kekesalan pada guru, pacar, teman, bahkan blog orang lain. Chyta menceritakannya dengan ekspresif, seperti kutipan berikut ini:
gw ga tau kenapa tapi kayanya hidup semakin ngga ramah buat gw.. kenapa? kenapa? ya, gw selalu nanya kenapa. tapi gw ngga tau jawabannya. entah kenapa hidup selalu sensi ma gw. frankly, sekarang gw sedang berspekulasi bahwa cowok (yang juga masih gw spekulasiin) yang (mungkin) gw suka… tadi ngajak nonton cewek lain… di depan muka gw… kenapa di depan muka gw? karena cewek itu lagi duduk disebelah gw… kenapa gw ngerasa jeles ya? padahal ngga penting banget yah..ahuhuhuhuh.. gw benci……banget…….
Namun, isi blog anak-anak tersebut tidak hanya berupa cacian atau gosip saja. Ada beberapa tulisan yang berisi perenungan mereka terhadap situasi di sekitar mereka. Perenungan itu ditulis dalam bahasa sehari-hari mereka (bahasa gaul). Simak tulisan Deathberry (www.chaosregion.wordpress.com) di bawah ini:
Walaupun aku bukanlah tipikal pelajar yang teladan dengan nilai-nilai A, tapi aku sendiri sangat prihatin dengan etika dan kualitas pelajar sekarang ini.Pelajar-pelajar sekarang (sebagian besar di antaranya) memiliki sikap tidak tahu malu di depan guru dan juga pergaulan yang terlalu bebas. Bebas…? Iya….contoh kasarnya seperti disfungsi HP berkamera. Ngerti kan parahnya…. Apa lagi…? Dilema cinta monyet…Bukan musiman lagi orang-orang mencari cinta baik di sekolah atau pun tempat lain. Setiap hari memikirkan hal tersebut…imbas, pelajaran jadi prioritas kesekian, apalagi agama.
Yang menarik, ada pula yang membuat review fitur teknologi telepon seluler terbaru, seperti tulisan Iyo mengenai fitur 3G yang sedang gencar dipromosikan XL. Simak kutipannya di bawah ini:
Sebenernya, aku sih nggak bisa ngebandingin mana yang lebih baik. Cuma, secara global, kayaknya XL have won this game. Kalau dilihat dari segi infrastruktur, XL udah masang di banyak kota. BANYAK. Sedangkan Telkomsel baru masang di Jakarta sebagian dan Bandung sebagian. CMIIW. Kalau Indosat? Ha. Baru lulus Uji Laik Operasi (ULO) untuk Jakarta dan Surabaya. Blah. (http://simplyiyo.blogspot.com/2006_09_01_archive.html)
Review teknologi terbaru macam ini banyak saya temukan di blog-blog tersebut. Remaja-remaja itu dengan fasih membedah kelebihan dan kekurangan sebuah perangkat lunak (software) komputer, telepon seluler, pemutar musik digital (mp3 player) dan lain sebagainya. Tak jarang mereka membeberkan bagaimana cara (how to) menggunakan, memperbaiki, atau mengutak-utik software atau perangkat keras yang mereka review.
Generasi internet
Botsu, Iyo, Deathberry, Chyta hanyalah sebagian kecil dari ribuan blogger remaja yang menikmati kemajuan teknologi. Mereka memang generasi internet yang lahir di era pertengahan tahun 1990. Memberi julukan untuk suatu generasi pada era atau periode tertentu, adalah hal jamak dilakukan. Di era tahun 1960-1980 ada sebutan generasi X, kemudian generasi MTV yang masih eksis dengan idiom mereka. Lalu apa bedanya dengan generasi terdahulu? Jika generasi MTV mengidentifikasi diri melalui pakaian, lagu, atau bahasa yang mereka pakai, generasi internet melakukannya melalui alamat-alamat virtual di internet. Mereka memosisikan diri sebagai bagian dari komunitas virtual, di mana tempat berkumpul, identitas dan gaya hidup ditentukan dari situs yang mereka kunjungi atau produk pemutar digital apa yang mereka punyai.
Generasi ini menghabiskan sebagian besar hidupnya di depan komputer, melakukan aktivitas politik seperti mengikuti petisi online atau gerakan politis lainnya, aktivitas ekonomi seperti transaksi online atau bisnis melalui internet, aktivitas sosial seperti bercakap-cakap dengan teman baru melalui instant messenger bahkan menemukan jodoh di dunia maya. secara fisik, dunia anak-anak muda ini hanya sebesar bilik di warnet atau ruangan kamar tidur mereka. Namun interaksi dan wawasan mereka melampaui batas-batas geografis. Jika identitas anak muda generasi MTV masih ditentukan oleh MTV, generasi internet menentukan identitas mereka sendiri.
Menurut saya, remaja-remaja ini adalah generasi beruntung yang memegang kendali hidup mereka sendiri. Kemajuan teknologi membuka ruang baru bagi siapa pun untuk mengekspresikan pendapatnya. Internet, khususnya web, memberikan kesempatan bagi orang untuk mencari, memroduksi, dan menyebarkan informasi sendiri. Sayangnya tidak semua remaja mencicipi keberuntungan ini. Banyak remaja yang tidak pernah berselancar di dunia maya, berkomunikasi melalui telepon seluler, atau menggunakan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi lainnya. Jangankan internet, jaringan pesawat telepon tetap (fix telephone) saja belum tentu telah menyentuh lokasi mereka. Keterbatasan akses menyebabkan mereka tidak bisa mencari informasi alternatif mengenai apa pun, apalagi mengendalikan informasi seperti yang dilakukan Botsu dan kawan-kawan. Perlu kerja keras untuk menghapus kesenjangan ini. Bukan untuk menjadikan mereka sekadar konsumen teknologi informasi, tetapi pihak yang memroduksi konten.