Oleh Rohman Yuliawan
Menurut tengara Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), pada tahun 2005 sekurangnya 10% dari sejumlah 2.700 koperasi di provinsi ini dalam status “beku”. Artinya, mereka tidak melakukan aktifitas sama sekali. Sebagian besar di antaranya adalah koperasi tani dan simpan pinjam yang tersisih akibat tekanan persaingan dengan lembaga keuangan lain, semisal bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang memiliki modal lebih besar dan tingkat bunga lebih rendah.Di wilayah pedesaan, koperasi simpan pinjam yang menyediakan layanan kredit tanpa jaminan dan prosedur pencairan dana serta pelunasan yang lebih luwes dibandingkan lembaga perbankan memang lebih mendapat tempat. Namun jenis layanan ini tetap rentan gulung tikar karena kredit macet dan persaingan tak sehat dengan rentenir. Dibutuhkan tatakelola keuangan yang tidak melulu berasaskan kepercayaan, sebagaimana kebanyakan lembaga keuangan di tingkat desa, melainkan juga praktik manajemen keuangan modern yang salah satunya mengedepankan asas transparansi.
Koperasi Pesantren Al Hikmah satu di antaranya yang memraktikkan manajemen modern. Satu-satunya koperasi simpan pinjam berbasis pesantren di Kecamatan Pamenang, Lombok Barat ini sejak didirikan pada tahun 1996 memang mencoba menerapkan manajemen yang profesional.
“Sebagai contoh, secara internal kita sudah melibatkan akuntan publik untuk mengaudit keuangan koperasi. Selain itu rapat anggota tahunan (RAT) juga diselenggarakan secara rutin,” ungkap Lalu Zuchri, salah seorang pendiri dan mantan manajer Kopontren Al Hikmah periode 2000-2004. Menurutnya, salah satu tolok ukur utama profesionalitas sebuah lembaga keuangan adalah proses akuntabilitas atau pertanggungjawaban masalah keuangannya.
“Karena itu kita mencoba mengembangkan mekanisme pertanggungjawaban yang semakin baik dari tahun ke tahun,“ lanjut Zuchri. Bak gayung bersambut, pada tahun 2003 koperasi ini menemukan media pertanggungjawaban baru melalui Radio Komunitas Pesona FM yang mulai mengudara pada gelombang 107,8 Mhz setahun sebelumnya.
Pesona FM adalah salah satu dari 5 radio komunitas pertama yang pendiriannya difasilitasi oleh Jaringan Informasi dan Komunikasi Lombok Barat (Jarinkobar) dan Kantor Informasi dan Komunikasi Daerah (Inkomda) Lombok Barat. Dengan daya 50 watt, siaran radio ini mampu dipancarkan sampai wilayah Malaka yang terletak sekitar 10 kilometer dari Pamenang.
Lewat radio yang bersiaran dari kantor Kepala Desa Pamenang Timur ini, Kopontren Al Hikmah mengudarakan secara langsung Rapat Anggota Tahunan (RAT) pada tanggal 27 Februari 2003. Lokasi RAT pun bertempat di kantor yang sama. Lalu Zuchri menyebutkan setidaknya ada dua target yang hendak dicapai lewat siaran langsung ini. Target yang pertama untuk menyosialisasikan keberadaan kopontren sebagai badan keuangan wilayah desa, dan kedua, untuk memberikan dukungan pada keberadaan radio komunitas di wilayah itu.
“Kita baru bisa memberikan kontribusi ke radio dalam bentuk program. Selama ini kami mengamati Radio Pesona lebih banyak isi hiburannya, sedangkan kita ingin ada acara lain yang berbeda. Maka kita mengajukan acara Rapat Anggota Tahunan (RAT) koperasi kita untuk diliput,” ungkapnya. Uraian Zuchri diangguki oleh Ikhsan, pengelola Pesona FM.
“Ini mungkin kejadian pertama, ada koperasi yang menyiarkan laporan internal mereka kepada publik,” kata Ikhsan. “Tentu saja tawaran itu kami sambut dengan baik, karena acara ini bisa memperkaya materi siaran dan menjadi sumber pemasukan bagi radio,” lanjutnya. Rupanya kerja sama itu memuaskan kedua belah pihak, buktinya selama dua tahun berikutnya Kopontren Al Hikmah selalu menggelar RAT yang disiarkan langsung melalui Pesona FM.
Langkah Kopontren Al Hikmah rupanya menarik minat lembaga keuangan lainnya di Pamenang. UPKD (Unit Pengelola Keuangan Desa) Desa Pamenang Barat dan UPKD Pamenang Timur mengikuti jejak koperasi pesantren itu untuk menyiarkan RAT mereka melalui Radio Pesona. Selain itu, kerja sama dalam bentuk lain juga terjalin, misalnya peliputan aktifitas koperasi di lapangan hingga kerja sama sponsorship.
“Yang paling sering kerja sama Kopontren Al Hikmah, sudah tiga kali siaran langsung RAT. Sedang UPKD Pamenang Barat dan Pamenang Timur masing-masing baru satu kali menyiarkan acara RAT mereka,” kata Ikhsan. Awal tahun 2006 lalu, UPKD Pamenang Timur juga memanfaatkan siaran Pesona FM untuk memublikasikan pemilihan pengurus koperasi.
“Biasanya acara siaran RAT koperasi kita alokasikan pada rubrik harian Formulasi, singkatan dari Forum, Musik, dan Lagu. Lamanya siaran berkisar 3 jam, mulai dari jam 9 sampai jam 12. Terkadang molor hingga jam 1, karena makan siangnya juga di sana,” kata Ikhsan. Ditambahkannya, rubrik Formulasi memiliki konsep yang disebutnya ‘three in one’ karena ada tiga jenis siaran yang digabung menjadi satu.
“Ini untuk menyiasati kalau informasinya kurang, ya lagunya ditambah. Nah kalau ada acara seperti siaran langsung RAT atau rapat desa, forum-nya yang punya porsi siaran terbanyak. Jadi acara ini multifungsi,” jelasnya. Meskipun diliput tanpa henti, acara siaran langsung RAT tidak melulu berisi liputan rapat atau pidato, melainkan juga wawancara-wawancara singkat dengan peserta RAT. “Memang benar acara ini istilahnya sudah di-booking oleh koperasi yang sedang siaran, tapi sebagai lembaga penyiaran independen kita juga mengupayakan wawancara untuk menggali penilaian anggota koperasi pada kinerja lembaganya,” ujar Ikhsan.
Beberapa reporter disebar untuk melakukan wawancara peserta RAT yang dipilih secara acak. “Kita tidak memilih berdasar besaran pinjaman, malah yang kita dekati peserta RAT yang kurang aktif. Waktu ditanyai untuk apa, kita jawab untuk memperolah pendapat publik dan melakukan cross check apakah laporan pengurus berkesesuaian dengan kenyataan di lapangan,” terang bapak dua anak yang juga aktif sebagai ketua Forum Komunikasi Radio Komunitas (FKRK) Kabupaten Lombok Barat ini.
Dari liputan ini masyarakat memperoleh gambaran lengkap mengenai koperasi itu, karena dalam RAT hampir semua aspek layanan koperasi dibeberkan. Termasuk juga tingkat kesehatan keuangan dan mekanisme pengelolaan yang jarang diungkap untuk publik. Upaya-upaya melakukan transparansi ini mendapat tanggapan bagus dari peserta RAT maupun pengurus koperasi. Bahkan ada pendengar yang menelepon untuk menanyakan langsung mekanisme bergabung dengan koperasi yang tengah melaporkan kinerjanya.
Bagi pengelola Pesona FM, kesempatan seperti itu bermanfaat ganda. “Yang jelas kita mendapatkan pemasukan, walaupun tidak besar,” kata Ikhsan yang menyebut angka Rp 250.000-400.000 tergantung durasi siaran dan kemampuan koperasi yang bersangkutan. “Selain itu kita juga mendapat materi acara yang cukup bermutu dan mencerdaskan. Acara semacam ini seharusnya bisa menjadi ajang belajar lembaga apa pun untuk mempraktikkan transparansi,” tandasnya.
Dari sisi pengelola koperasi, selain transparansi, faktor promosi rupanya menjadi motif utama. “Alasan utama kita ikut siaran juga karena ingin promosi,” aku manajer Unit Pengelola Keuangan Desa (UPKD) Desa Pamenang Barat Lalu Muhammad Zakir. Ia menambahkan manfaat langsung dari program ini adalah terlatihnya pengelola koperasi untuk melakukan transparansi pelaporan kepada publik.
“Sebagai lembaga keuangan, bagaimanapun transparansi adalah elemen pokok,” ujarnya. “Kalau tidak jelas dari pengelolaan keuangannya, siapa yang mau mendaftar jadi anggota atau memohon kredit? Apalagi UPKD diawasi langsung oleh pemerintah desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD), jadi tidak bisa semaunya. Kita belajar profesional-lah,” lanjut Zakir.
Senada dengan Zakir, Lalu Zuchri membenarkan bahwa siaran RAT Kopontren Al Hikmah juga dimaksudkan untuk mengupayakan tranparansi keuangan koperasi kepada masyarakat. “Lewat siaran itu, kita harapkan masyarakat mengetahui kiprah kopontren dan menghapus anggapan negatif bahwa koperasi hanya dimiliki pengurus atau anggota saja,” katanya. Siaran ini, menurutnya, juga dimaksudkan sebagai promosi tidak langsung layanan-layanan kopontren. Akan tetapi, secara pribadi Zuchri mengakui dirinya tidak mengetahui apakah tujuan itu tercapai.
“Pada masa jabatan saya, belum pernah dilakukan pengukuran mengenai seberapa jauh pengaruh siaran terhadap anggapan masyarakat,” ujarnya. “Karena secara statistik jumlah anggota dan pinjaman juga tidak ada penambahan berarti, juga nilai modalnya.” Pada tahun 2004, tahun terakhir kali Kopontren Al Hikmah melakukan siaran langsung RAT, modal yang dimiliki koperasi ini berkembang dari Rp 100 juta di tahun 2000 menjadi Rp 179 juta.
Bendahara Kopontren Al Hikmah Lalu Hidayat, mencoba menghubungkan pengaruh siaran pada internal koperasi, yakni dengan adanya peningkatan jumlah anggota koperasi yang mendaftarkan diri dan menghadiri RAT. Bagi Hidayat, hal itu layak dijadikan ukuran karena selama ini RAT seolah dihindari oleh anggota. “Banyak yang bilang bosan karena isinya hanya pidato saja,” katanya. Setelah disiarkan melalui radio, anggota yang menghadiri RAT semakin meningkat. Rupanya, siaran ini memiliki daya tarik tersendiri bagi anggota koperasi.
Di sisi lain, Hidayat menambahkan, tingkat kepercayaan tinggi juga datang justru dari mitra-mitra kopontren selain masyarakat. “Mitra-mitra kerja kami, misalnya dinas koperasi yang melihat teknis kita seperti itu bertambah yakin untuk bekerja sama. Jadi kalau mereka ada dana, kita nggak perlu lagi membuat proposal bahkan mereka yang menawarkan pada kita,” terangnya. “Saya rasa, inilah buah yang kami petik dari transparansi lewat udara yang kami lakukan melalui Pesona FM,” pungkas Hidayat.