BlankOn atau lengkapnya BlankOn Linux merupakan salah satu distro Linux yang berkembang pesat di Indonesia. Sistem operasi ini memuat sejumlah aplikasi yang mendukung keperluan komputer personal, dan komputer jinjing. Keunggulan BlankOn ada pada pelbagai pernak–pernik khas Indonesia yang membangun tampilan antarmuka yang sangat interaktif. Sistem ini juga menggunakan bahasa Indonesia sehingga mudah dipelajari oleh orang awam. Singkat kata, BlankOn sangat handal sebagai sistem operasi dan mempromosikan kebudayaan Indonesia kepada para penggunanya.
BlankOn Linux adalah buah karya Yayasan Penggerak Linux Indonesia (YPLI) bersama Tim Pengembang BlankOn yang sebagian besar berusia muda. Para anak muda kebanggaan bangsa itu secara sukarela bergotong royong mengembangkan sistem operasi dengan citarasa nusantara. Bahkan, mereka menyebarluaskan maha karyanya secara gratisan. Siapapun bisa mengunduh BlankOn tanpa perlu membayar di sini. Bahkan, mereka memperbolehkan para penggunanya untuk menyebarluaskan produk itu secara bebas tanpa batas.
Akhmad Safrudin adalah salah satu pengembang BlankOn yang produktif. Pria lajang asal Pekalongan ini belum menginjak umur kepala tiga. Dia bergabung di proyek BlankOn sebagai pemenuhan panggilan jiwa, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam kemampuan pengembangan perangkat lunak bebas/terbuka. Dia percaya bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Salah satunya parameternya adalah kemampuan untuk mengembangkan sistem operasi sendiri sebagai artefak kemajuan teknologi informasi khas Indonesia.
Nama BlankOn berasal dari nama penutup kepala beberapa suku di Indonesia, seperti suku Jawa, dan Sunda. BlankOn diharapkan menjadi penutup atau pelindung dari ketergantungan dengan perangkat lunak tertutup. Selain itu, nama BlankOn juga bisa diartikan menjadi Blank (angka biner 0) dan On (angka biner 1). BlankOn diharapkan menjadikan orang yang belum sadar menjadi sadar bahwa Linux bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang teknologi informasi.
BlankOn Linux pertama kali dikembangkan oleh YPLI pada 2004 dengan nama kode “Bianglala”. Pada saat itu, BlankOn merupakan turunan dari distro Fedora Core 3. Namun, rilis BlankOn pada saat itu berakhir sampai versi 1.1 dan akhirnya mati suri. Pada 2007, pengembangan BlankOn bangkit kembali, namun sistem rujukannya beralih ke Ubuntu, sebuah distro turunan Debian. Akhirnya, pada akhir 2007, BlankOn Linux versi 2.0 dirilis dengan nama kode “Konde”. Versi ini diturunkan dari Ubuntu versi 7.10. Gairah pengembangan BlankOn makin tema khas Sulawesi Selatan, terlihat dari pengunaan karya seni Kapal Pinisi pada gambar latar belakangnya. Para pengguna BlankOn “Lontara” juga dapat menulis aksara Lontara’ yang merupakan aksara khas suku Bugis.
Energi kreativitas anak-anak muda ini terus berlanjut. Pada November 2008, BlankOn Linux 4.0 dirilis dengan nama kode “Meuligoe”. Ciri khas yang digunakan pada versi ini adalah Aceh, dengan warna dominan hijau. Pada rilis berikutnya 5.0 menggunakan nama Nanggar dengan khas Batak, pada rilis inilah Logo BlankOn diganti sehingga lebih modern. Keunggulan BlankOn tidak sekadar pada kreativitas untuk menggali kebudayaan-kebudayaan bangsa, namun pada rilis BlankOn Linux 6.0, dengan nama kode “Ombilin” mereka tidak murni berbasis Ubuntu. Sudah ada sejumlah program yang diambil dari pembuatnya langsung. Hebatkan!
Yossy Suparyo, Pengguna BlankOn Lontara
hebat!!!, trus tingkatkan kreasimu. aq mendukung….., berdikari terussssss
Ini dia karya bangsa yang sangat membanggakan. patut dicontoh dan diberi apresiasi.
Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis yang bisa anda kunjungi di Informasi Seputar Indonesia