Banyak kalangan yang berpendapat kita tengah masuk dalam pendulum zaman yang disebut ekonomi pengetahuan. Bila pada era sebelumnya kunci kemakmuran ada pada melimpahnya tenaga kerja dan kendali atas sumber daya alam, maka era ekonomi pengetahuan ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang memudahkan pengalihan data ke seluruh dunia. Sekali lagi, pada era ekonomi pengetahuan, sumber penting bagi keuntungan ekonomi maju bukan pada bahan-bahan mentah dan tenaga kerja, melainkan pada PENGETAHUAN; ide-ide cemerlang, desain yang cerdas, atau organisasi yang ampuh.
Kieron O’hara (2002) berpendapat ekonomi baru menuntu pekerja pengetahuan yang menciptakan nilai dan kapital intelektual. Pada 2000, Bank Dunia sendiriĀ telah mendirikan Global Development Network untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan itu. Di luar perdebatan sengit mengenai konsep ini, tulisan ini mencoba membahas topik tersebut dalam kacamata manajemen pengetahuan (knowledge management) dan merumuskan tindakan-tindakan yang bisa dilakukan masyarakat sipil untuk meraih perubahan sosial yang lebih permanen.
Mengapa pengetahuan dipercaya menjadi kunci utama dalam pertumbuhan ekonomi? Perubahan cara pandang di atas dipengaruhi oleh ledakan (booming) dunia internet. Sejumlah kalangan menyebutnya sebagai dotcom booming. Pengetahuan menjadi bagian bisnis besar yang dilakukan perusahaan melalui program-program penelitian dan pengembangan kapasitas staf. Kesulitan utama yang segera menghadang adalah pengetahuan itu sendiri sulit untuk diukur dan dijelaskan secara gamblang.
Alan Burton-Jones (1999) dalam bukunya Knowledge Capitals: Bussiness, Work and Learning in the New Economy berpendapat pengetahuan tengah mengubah sifat dan kecenderungan produksi, cara kerja, pekerjaan perusahaan dan pasar serta setiap aspek aktivitas ekonomi. Meski demikian selama ini pengetahuan masih dipahami secara sempit sehingga dinilai sebagai sumber ekonomi yang tidak berharga.
Apa itu pengetahuan?
Saya berangkat dari pertanyaan dasar Kieron O’hara (2002) mengenai pengetahuan, yaitu apa itu pengetahuan, bagaimana Anda bisa mengenalinya, bagaimana Anda memastikan diri Anda memunyai cukup pengetahuan?
Pertanyaan tersebut memaksa kita pada perbincangan pada salah satu aspek filsafat ilmu, yaitu epistemologi. Epistemologi mengajak kita pada penyelidikan pengetahuan, seperti apa yang dimaksud dengan pengetahuan, adakah klasifikasi pengetahuan, adakah prosedur-prosedur yang dapat kita ikuti untuk memastikan bahwa kita menguasai pengetahuan, bagaimana Anda bisa mengetahui bahwa Anda salah, dan dapatkan Anda mengetahuai bahwa Anda tidak tahu?
Epistemologi sendiri merupakan cabang filsafat yang nyaris tertua. Tokoh utamanya adalah Plato (428-347 SM). Karya Plato banyak memengaruhi filsuf-filsuf sesudahnya hingga pada diskursus kekinian seperti ekonomi pengetahuan. Plato menulis banyak buku, namun substansi aktual pemikirannya tidaklah sejelas yang semestinya. Plato menulis menulis karyanya dalam bentuk dialog (dialogues) seperti pendahulunya Socrates.
Dalam sejumlah literatur yang pernah saya baca, Plato mengemukakan pengetahuan = keyakinan + logos. Pengetahuan memiliki reliabilitas, sementara keyakinan sejati tidak. Selanjutnya Plato menawarkan dua istilah untuk memperkuat konsepnya tentang pengetahuan, yaitu kecakapan teknis (know-how) dan pokok-pokok pengetahuan (bodies of knowledge). Bagi Plato, kecakapan teknis mensyaratkan pengetahuan itu harus dapat diukur, misalnya, ada orang yang tahu bagaimana mengendarai mobil dengan orang yang meyakini bisa mengendarai mobil. Pengetahuan terletak pada faktanya, yaitu bila ada mobil siapa yang bisa mengendarainya. Dalam bodies of knowledge, sebuah istilah yang digunakan harus berdasarkan pada sesuatu yang benar dan terbuka.
Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management)
Pengetahuan yang dikuasi oleh sebuah organisasi merupakan aset organisasi (O’hara, 2002: 38). Pengetahuan bagi O’hara merupakan sebuah klaim keuntungan di masa datang. Organisasi menginvestasikan uang demi menguasai aset pengetahuan, misalnya membuat sebuah program riset dan pengembangan, dengan harapan investasi mereka menghasilkan keuntungan (deviden) dengan cara meningkatkan efektivitas di kemudian hari.
Seperti aset lainnya, pengetahuan juga membutuhkan pengelolaan yang tepat dan matang. Di bawah ini resep yang disarankan O’hara terkait dengan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan pengetahuan.
1. Penguasaan
Permasalahan pertama berkenaan dengan pengetahuan adalah kapan dan bagaimmana cara mendapatkan pengetahuan. Ada tiga jenjang pengetahuan, (1) pengetahuan yang belum pernah mengemuka dan pengetahuan ini baru akan mengemuka ketika digali dengan program penelitian; (2) pengetahuan yang telah mengemuka, namun tidak pernah dikuasai oleh satu organisasi pun, dan (3) pengetahuan yang telah dikuasi oleh sebuah organisasi namun dalam bentuk yang tidak tepat.
Keputusan-keputusan manajemen bergantung pada faktor kesulitan dalam mendapatkan sebuah pengetahuan, biaya penguasaannya, dan keuntungan yang diperhitungkan. Singkatnya, bagaimana kita dapat mengetahui apa yang tidak kita ketahui? Bagaimana kita dapat mengetahui apa yang ingin kita ketahui? Bagaimana beragam jenis pengetahui mendapat pembenaran?
2. Modeling
Begitu dikuasai, pengetahuan harus disimpan dengan cara yang tepat. Pertanyaannya, bagaimana cara yang paling tepat untuk merepresntasikan pengetahuan? Sejauhmana perubahan representasi mengubah pengetahuan?
3. Pemanggilan (recall)
Pemanggilan (recall) menjadi bagian penting dalam manajemen pengetahuan. Kegiatan penyimpanan pengetahuan dalam jumlah besar seringkali menghadapi kendala ini. Pertanyaan kuncinya, yaitu cara paling tepat seperti apa yang dapat dipergunakan untuk mengorganisasi keping-keping pengetahuan? Bagaimana keping-keping pengetahuan bisa saling terhubung?
4. Menggunakan kembali (retreival)
Agak mirip dengan poin ke 3, setelah kegiatan penyimpanan pengetahuan dilakukan, langkah selanjutnya adalah bagaimana cara menemukan kembali (retreival) pengetahuan itu dengan metode yang tidak menghabiskan banyak biaya. Pertanyaannya adalah Bagaimana cara kita mengingat kembali pengetahuan yang kita perlukan namun tidak kita miliki? bagaimana keping-keping pengetahuan saling terkait?
5. Publikasi
Publikasi menjadi bagian penting dalam pengelolaan pengetahuan. Publikasi mempermudah akses publik pada gudang pengetahuan. Pertanyaan dasarnya adalah Apakah perubahan cara memvisualisaikan pengetahuan juga dapat mengubah pengetahuan itu sendiri? Bagaimana kita mengetahui apa yang kita butuhkan
6. Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan mengharuskan untuk memainkan dan mengaktualkan pengetahuan. Kegiatan itu meliputi verifikasi bahwa pengetahuan itu ada benar adanya, mengevaluasi apakah representasi pengetahuan yang ada telah menampilkan pengetahuan secara benar, mengaktualisasikan pengetahuan untuk tetap dalam jalur yang tepat, dan meninggalkan pengetahuan yang menyesatkan atau kadaluarsa.
Bagaimana cara kita mengetahui bahwa sebuah pemikiran tentang dunia dapat dinyatakan benar? Bagaimana kita mengetahui bahwa sebuah kalimat sebuah kalimat telah benar menampilkan sebuah dalil? Apakah yang dimaksud dengan keterkaitan logis antar pernyataan dan bagaimana mungkin perubahan sebuah pernyataan dapat dipatau atau diikuti? Bagaimana mungkin ragam pengetahuan yang berbeda bisa memperoleh pembenaran?