Oleh: I’m Dexter
Sedikit men-review soal jurnalisme warga kemaren, apakah anda masih ingat bahwa kita sebagai blogger termasuk di dalam jurnalisme warga. Informasi yang kita beritahu kepada orang lain melalui media blog entah berupa tulisan mengenai kehidupan pribadi, orang lain, berita, atau apapun macam teknologi adalah upaya tindakan non profesional yang memainkan peran aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, penelitian, dan penyebaran berita dan informasi.
Apakah anda tahu tujuannya? Tujuannya adalah menyajikan berita yang bagus, yang dapat dipercaya, akurat, meliputi banyak hal dan informasi yang terkait dengan kebutuhan warga akan demokrasi. Ada 11 jenis JW (jurnalisme warga) yang dipaparkan Uni Z. Lubis(anggota dewan pers) dalam kertas persentasenya. Adapun macamnya adalah
1. Membuka diri terhadap komentar warga/publik atas produk jurnalistik yang dibuat oleh jurnalistik profesional :
Dapat dilakukan melalui rubrik/ruang komentar yang menampung saran, kritik, pujian, bahkan data atau sudut pandang baru yang luput dari artikel/berita asal. Dalam konteks ini, masukan dari warga membuat produk berita menjadi lebih baik dan lengkap.
2. Informasi dari warga atas karya jurnalistik ;
Lebih sekedar memberikan komentar, disini warga diundang berkonstribusi dalam bentuk tulisan/video yang menggambarkan pengalaman pribadi atas sebuah tema yang dibahas jurnalis profesional. Misalnya, pengalaman soal pengurusan KTP, preman parkir di Parkir Timur, Senayan, ban mobil kempes gara-gara tebaran paku di jalan dll.
3. Jurnlisme partisipatif (open-source repoting)
Warga dilibatkan dalam bertanya kepada narasumber dengan pemberitahuan sebelumnya, atau memberikan ide sudut pandang atau siapa narsum yang layak diwawancarai. Draft karya jurnalistik juga dapat dibagi ke publik/ panel pembaca sebelum dicetak menjadi naskah jurnalistik final.
4. Personal Blog
Meski wartawan pun punya blog, namun lebih banyak warga yang memiliki blog dan menggunakannya untuk menyampaikan pendapat dan pengalamannya kepada khalayak. Blog dan social media lumayan berpengaruh dan murah. Ada blog berdasarkan komunitas, hobi, asal daerah, dll. Bisa memiliki editor untuk memilih mana konten yang menarik yang perlu ditonjolkan. (Kompasiana, Wikimu, dll). Topik yang luput dari jurnalisme profesional atau media mainstream mendapat tempat di blog/sosial media.
5. Ruang redaksi publik yang transparan via Blog :
Redaksi membuka kesempatan bagi publik untuk mengkritisi dan terlibat dalam proses produksi karya jurnalistik mulai dari perencanaan, penggarapan/wawancara sampai evaluasi. bisa dilakukan via blog. soc-media seperti facebook, myspace, dll. Dapat berpungsi sebagai “Online Ombudsman” bagi media yang bersangkutan. Sikap editorial pun bisa didiskusikan bersama.
6. Situs mandiri Jurnalisme Warga (stand-alone CJ):
Warga membuat situs/website secara mandiri yang isinya adalah produk informasi baik tulisan maupun visual dari warga. Terpisah dari merek media manapun (mainstream). Biasanya berupa situs komunitas, situs pendidikan, komplek perumahan, dll. Ada editing sederhana untuk menjaga integritas produk wikimu.com)
7. Situs Jurnalisme Warga tanpa editing :
Mirip dengan nomor (6) tanpa keterlibatan editor/moderator. Terutama di malam hari saat jam istirahat. Juga karena semangat CJ : let them be what they are. (penulis amatir, anggota komunitas dll). Karena tanpa kontrol, konten rawan gugatan hukum jika melanggar sejumlah pasal hukum positif, misalnya pencemaran nama baik, penipuan, dll. Lebih pada sumber informasi ketimbang aspek “jurnalistik”nya. solusinya, tempatkan “laporan kesalahan” yang bisa langsung di klik pengunjung saat mereka menemukan masalah dalam artikel, yang otomatis terkirim ke editor/moderator.
8. Tambahkan edisi cetak JW:
Konsep ini adalah melengkapi jeni (6) dan (7). Bertujuan menyakinkan penulis/kontributor warga, misalnya politis/selebriti untuk menulis. Soalnya masih banyak yang merasa menulis di internet kalah gengsi ketimbang media cetak. Edisi cetak ini bisa dibuat mingguan untuk sebuah koran harian, disisipkan gratis, dan berisi artikel/foto kiriman pembaca/warga yang menarik. Agak beda dengan konsep JW online yang murah dan interaktif dengan konsumen/pembaca.
9. Hibrida : Pro + Jurnalisme Warga :
www.OhmyNews.com, website berita dari korsel adalah contoh terbaik dan menjadi legenda JW. Website ini sedikitnya memiliki 38.000 jurnalisme warga yang secara reguler mengirimkan laporan/artikel untuk diedit oleh staf editor mereka. Selain itu ada pula tim jurnalis profesional yang bekerja penuh waktu untuk OhmyNews.com. Laporan/artikel JW berkonstribusi 70% atas konten situs berita ini. Artikel JW yang menarik mendapat honorarium meskipun kecil. contoh di Indonesia www.wikimu.com.
10. Gabungan jurnalisme pro dan jurnalisme warga dalam satu halaman/media :
Bedanya dengan no (9) adalah, karya jurnalis pro ditempatkan bersama, bersisian dengan JW. Misalnya, artikel soal fashion-show yang dibuat jurnalisme pro, berdampingan dengan artikel yang dibuat pengunjung yang hadir. Artikel soal restoran/wisata kuliner, dimuat bersamaan dengan artikel dari pengamat kuliner. Publik diuntungkan.
11. Jurnalisme Wiki>> Wikipedia, ketik pembaca dapat menjadi editor :
Di sini, artikel/berita dapat diedit oleh pembaca. Wikipedia belakangan berkembang menjadi semacam “ensiklopedia” dan populer diakses, kendati akurasinya terus menerus harus diperbaiki. Pembaca saling kontrol. Sebuah eksprimen bahwa pengetahuan dan intelektualitas dari sekelompok orang (pembaca) dapat menghasilkan produk berita/artikel yang berimbang dan kredibel.
Apakah anda sudah memahami? Mudahan saja. Setidaknya kita sebagai blogger tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Bersikap profesionalisme adalah sangat penting. Mudahan suatu hari, blogger bukan hanya sekedar hoby, tapi sebuah pekerjaan yang dibayar dengan mahal. Aminnn.
Sumber : Persentase Uni Z. Lubis – anggota Dewan Pers
Sumber Tautan:
http://asmarie.blogdetik.com/2010/04/18/jenis-jurnalisme-warga/