Oleh Agus Sasongko
Kebanyakan radio, tak terkecuali radio komunitas (rakom), menyediakan dan menjual kartu pilihan pendengar sebagai salah satu sumber dana. Biasanya kartu pendengar hanya digunakan untuk berklrim lagu atau pesan. Namun Radio Primba bisa menyulap fungsi kartu pendengar tak hanya untuk saling berkirim lagu atau pesan lewat radio. Melalui kartu pendengar, warga Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah bisa menuliskan pertanyaan kepada para narasumber yang sedang bersiaran di studio, misalnya acara kesehatan. Dialog interaktif kesehatan adalah salah satu acara radio warga Kecamatan Petungkriyono yang mengudara sejak Oktober 2003 itu.
Bukan itu saja. Kartu pendengar Radio Primba ternyata bisa menjadi alat belajar menulis bagi warga. Kebiasaan menulis kartu menjadikan warga Petungkriyono pintar menulis. Diah Nurini, Ketua Radio Primba menilai bahwa masyarakat Petungkriyono sangat malas. Untuk menulis. Ketika mengetahui Radio Primba menjual kartu pendengar, banyak warga Petungkriyono yang membeli.
Saat hendak mengisi kartu pendengar warga justru kebingungan dan tidak tahu caranya menulis. Namun entah karena malu, ketidaktahuan tersebut tidak mereka sampaikan kepada penyiar Radio Primba. Para pemuda yang kebanyakan tidak lulus SD bahkan belum pernah sekolah itu lantas membawa pulang kartu pendengar yang mereka beli.
Ketika seorang penyiar Radio Prima berjalan-jalan ke kampung lain, didapatinya sejumlah pemuda sedang berkumpul sambil membicarakan dan menuliskan sesuatu. Sang penyiar mengira para pemuda itu sedang belajar atau mengerjakan PR dari sekolah mereka. Setelah didekati baru ketahuan bahwa ternyata mereka secara bersama sedang mengisi kartu pendengar Radio Primba. Kejadian seperti ini tak hanya di satu tempat tapi juga di dusun lain. Setelah kartu pendengar sampai di studio, giliran penyiar Radio Primba yang kebingungan. Karena, kebanyakan kartu pendengar yang telah diisi dan diserahkan ke studio ternyata sangat sulit untuk dibaca. Tulisannya sangat panjang. Tak ada tanda baca seperti titik, koma dan kata penghubung lainnya. Bahkan tulisan tersebut tanpa memakai tanda spasi, sehingga menjadi tulisan panjang yang tanpa putus.
Melihat kondisi tersebut, para pengelola dan penyiar Radio Primba mendiskusikan langkah yang akan ditempuh. Akhirnya Radio Primba memutuskan untuk tetap membacakan kartu pendengar yang sulit dibaca itu. “Kami tetap membacakan kartu yang telah masuk. Tapi ketika membacakan, kami jelaskan kesalahan tulisan dalam kartu pendengar sekaligus kami jelaskan cara menulis yang baik serta tanda baca yang digunakan,” ujar Diah.
Pelajaran menulis lewat radio ini dilakukan hampir setiap hari saat acara pembacaan kartu pendengar. Perubahan pun sedikit demi sedikit terjadi. Jika awalnya tulisan mereka tanpa tanda baca, lambat laun mereka bisa menulis dengan benar. Bahkan akhirnya mereka saling berlomba untuk menulis sebaik-baiknya. Perubahan tersebut bisa diketahui dari kartu pendengar yang masuk ke studio Radio Primba.