Ketika Ibu-ibu Rumah Tangga Jadi Penyiar!

Oleh Biduk Rokhmani

Nurma Lianti (38), warga di perumahan Jalan Pelangi, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, tidak pernah membayangkan dirinya akan ‘berkarir’ sebagai penyiar di Radio Mase FM, sebuah radio komunitas (rakom) yang telah berdiri sejak tahun 2002. Walaupun keterlibatan Anti sifatnya hanya sukarela alias tidak digaji, namun di tengah kesibukannya sebagai ibu rumah tangga ia kini memperoleh wadah untuk mengekspresikan dirinya.

Awalnya, Anti yang punya kesukaan mendengarkan radio itu, mencoba-coba mengunjungi studio Rakom Mase di Jalan Rancajigang 141, Desa Padamulya, Kecamatan Majalaya, sekedar berpartisipasi melalui Kartu Pilihan Pendengar (KPP). ”Hampir setiap hari saya main ke Mase, lama-lama saya jadi akrab dengan penyiar-penyiarnya,” tuturnya dalam logat Sunda yang kental.

Dari situlah, ibu tiga anak laki-laki itu mulai mengenal dunia broadcasting yang sebelumnya sungguh jauh dari bayangannya. ”Saking akrabnya dengan penyiar-penyiar Mase, saya diminta untuk coba-coba belajar jadi penyiar,” ujarnya. Merasa asyik dengan dunia barunya itu, Anti menjadikan kunjungannya ke Rakom Mase sebagai jadwal rutin harian yang wajib dilakukannya setelah dia menyelesaikan tanggung jawab rumah tangganya.

Oleh karena keaktifannya hadir di Mase, beberapa bulan yang lalu saat terjadi kekosongan penyiar di MASE, Anti dan Tety Rusanty (juga ibu rumah tangga) ditawari oleh Deden Suwega, Kepala Studio Rakom Mase, untuk menjadi penyiar tetap di sana. Merasa punya waktu luang yang cukup banyak, Anti dan Tety (25) tidak menampik tawaran yang menurut mereka merupakan kesempatan langka itu. ”Saya tidak pernah melaksanakan seleksi khusus untuk perekrutan penyiar. Saya juga tidak menerapkan kriteria tertentu, yang penting mereka punya kemauan dan memang mampu, itu saja sudah cukup,” jelas Deden.

Sebagai ibu rumah tangga, Anti dan Tety harus rela bangun pagi lebih awal dari jadwalnya semula. Anti yang biasanya bangun pagi mulai pukul 05.00 WIB sekarang harus bangun setengah jam lebih awal. ”Saya harus membereskan semua pekerjaan rumah tangga yang sudah jadi kewajiban saya. Setelah selesai masak, mencuci dan membersihkan rumah, saya baru berangkat siaran,” paparnya.

Sebab, jika urusan rumah belum beres, suaminya yang bekerja di pabrik tekstil itu, tidak akan pernah lagi mengijinkannya aktif bersiaran. Pasalnya, Anti bisa seharian penuh berada di sana, meskipun jatah siarannya sudah selesai. Jadwal harian Anti dalam bersiaran sebenarnya hanya berlangsung dari pukul 09.00 sampai 11.00 WIB dengan jatah memutar dan membacakan request dari pendengar khusus untuk lagu-lagu dangdut.

Lain Anti, lain pula cerita Tety yang mempunyai nama panggilan Kenanga saat sedang siaran. Menurut ibu dua orang anak ini, nama Kenanga justru lebih akrab di telinga pendengar dari pada nama asli dirinya. Awalnya, kedatangan Tety ke Mase sekedar ingin berpartisipasi untuk ikutan program acara ‘karaoke ria’ sebab ia merasa dirinya cukup mahir menyanyi. Apalagi dalam program acara tersebut, selain karaoke dilangsungkan secara live, pihak radio juga merekam suara para penyanyi amatiran tersebut dan diperdengarkan melalui radio setiap hari dari pukul 15.00 hingga 16.00 WIB melalui acara ‘MASE Record’. Dari sanalah warga sekitar mulai mengenal warganya yang lain yang ternyata mempunyai keahlian menyanyi.

Oleh karena hasil rekaman lagunya terlalu sering diputar di Mase, Tety lalu kebanjiran order untuk menyanyi di tempat hajatan bahkan juga di panggung terbuka. ”Hampir setiap minggu saya selalu dapat order menyanyi dan hasilnya cukup lumayan untuk tambahan uang belanja. Kalau di Mase (sebagai penyiar-red) ini tidak digaji alias suka rela, jerih payah saya jadi terganti dengan adanya pendapatan hasil manggung. Bagaimanapun juga, Mase-lah yang pertama kalinya memperkenalkan suara saya kepada masyarakat dengan pemutaran rekaman suara saya,” ungkapnya dengan bangga.

Program acara karaoke ria yang rutin diselenggarakan setiap hari Sabtu malam dan Minggu pagi ini memang khusus diperuntukkan bagi ibu-ibu. Para peserta dibebaskan untuk memilih lagu apa saja yang mereka inginkan hanya dengan membayar kontribusi sebesar Rp 1.000 perlagu. Saking seringnya ibu-ibu di daerah sekitar rakom tersebut berkumpul di studio Radio Mase, banyak orang mengidiomkan Mase sebagai ‘radionya mama-mama senang’.

Terlepas dari itu semua, keberadaan Rakom Mase bagi Anti dan Tety sungguh berarti banyak. Sebab ada banyak pengalaman menyenangkan yang mereka alami sejak bergabung sebagai penyiar. Selain Tety yang sekarang telah terkenal sebagai penyanyi panggung, Anti juga pernah ditawari sebagai MC (master of ceremony) sewaktu ada kunjungan Menteri Perindustrian Andung A Nitimihardja ke Majalaya beberapa waktu lalu. Anti yang dulunya dikenal sangat pemalu, kini lebih berani tampil di muka umum. ”Kalau saya nggak pernah siaran di MASE saya nggak mungkin berani tampil sebagai MC. Saya merasa bangga juga sih bisa tampil di muka umum tidak seperti ibu-ibu rumah tangga yang lain yang jadi pemalu saat harus ngomong di depan (umum-red),” tuturnya dengan nada bangga yang tidak dapat ia sembunyikan.

Selama ini Rakom Mase telah memberikan informasi pelayanan publik bagi masyarakat Majalaya seperti anjuran untuk membuang sampah pada tempatnya; informasi jalan rusak akibat banjir tahunan; himbauan agar warga tidak mencantol listrik dan lain-lain. Kini kehadiran penyiar wanita (Rakom Mase mempunyai delapan penyiar, lima diantaranya adalah wanita) memberikan warna baru pada radio tersebut, terutama dalam hal penyampaian informasi kesehatan ibu dan anak seperti pemberian vaksin berkala, resiko tinggi ibu hamil, vaksin polio dan cara pencegahan demam berdarah. Kehadiran mereka tidak hanya berguna untuk perkembangan masing-masing pribadi, tetapi kepentingan informasi untuk perempuan, terutama ibu rumah tangga, juga terwakili.

Belajar dari pengalaman Anti dan Tety di Rakom Mase, maka sebenarnya radio komunitas bisa menjadi wadah positif bagi perempuan untuk memperkuat jati dirinya di luar persoalan domestik yang kadang justru membelenggunya. Yang tadinya hanya ibu rumah tangga dengan panggilan nama suami, siapa tahu bisa tenar dengan namanya sendiri. ***

Radio MASE FM
Jl. Rancajigang 141
Desa Padamulya, Kecamatan Majalaya
Kabupaten Bandung
Jawa Barat
T: 022-5954919
Kontak: Pak Deden Suwega

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud