Kini, kata inovasi telah menjadi mantra bagi siapapun, baik perorangan atau organisasi, yang ingin meraih kesuksesan atau sekadar bertahan hidup. Tanpa inovasi, seseorang atau sebuah organisasi bisa terjatuh ke jurang keterpurukan.
Mantra di atas sepertinya mulai menunjukkan bukti. Publik dikejutkan dengan moncernya produk Samsung di bidang smartphone akibat bergendengan tangan dengan piranti lunak sumber terbuka Android. Samsung mampu menghadirkan produk yang relatif lebih murah dibanding dengan Nokia. Akibat kode sumber Android bersifat terbuka maka banyak pengembang yang terpacu membuat aplikasi yang berjalan di platform itu. Akhirnya, dominasi Nokia di pasar selular segera tergantikan.
Berdasarkan data yang dirilis International Data Corporation (IDC), tercatat pada kuartal pertama (Januari – April) 2011, Samsung untuk kali pertama berhasil menjungkalkan Nokia sebagai vendor dengan penjualan ponsel terbanyak. Samsung berhasil menjual 13.2 juta unit ponsel dengan pangsa pasar sekitar 29.3%, sementara Nokia hanya mampu menjual 12.6 juta unit dengan pangsa pasar 27.9%.
Kenyataan di atas menunjukkan kekuatan inovasi dalam dunia nyata. Inovasi menjadi kunci untuk memenangkan persaingan. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara menghadirkan atau menjaga inovasi selalu melekat dalam kerja-kerja kita. Di sinilah kita mesti menoleh pada konsep menejemen pengetahuan (knowledge management).
Manajemen pengetahuan adalah sebuah proses untuk menciptakan, mengelola, dan mengaplikasikan pengetahuan demi tumbuhnya parade inovasi yang membikin para pesaing kita kehilangan nyali. Dalam diskursus manajemen pengetahuan, kita mengenal dua kategori pengetahuan, yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit.
Pengetahuan tacit adalah jenis pengetahuan yang relatif lebih sulit dijabarkan dengan rangkaian kata-kata. Seringkali pengetahuan yang amat mendalam dan menempel dalam otak seseorang tidak terlalu mudah untuk ditiru. Pengetahuan eksplisit merupakan pengetahuan yang telah dijabarkan dalam rangkaian kata-kata atau formula dan langsung dapat ditransfer secara lengkap kepada orang lain.
Untuk lebih jelasnya, buku resep adalah pengetahuan eksplisit yang mudah diperoleh dan dipelajari. Sementara itu, pengetahuan koki yang handal adalah pengetahuan tacit yang tidak begitu mudah ditransfer kepada orang lain.
Tugas manajemen pengetahuan adalah memastikan kedua jenis pengetahuan itu, baik yang bersifat eksplisit maupun tacit, dapat dipelihara, terus dikembangkan, dan kemudian diterapkan untuk menghasilkan performa kerja yang unggul. Seseorang atau organisasi yang berhasil menerapkan manajemen pengetahuan biasanya mampu melenggang menuju jalan kemenangan. Sebaliknya, organisasi yang lamban dalam mengakuisisi pengetahuan mutakhir acapkali tergelincir dalam tebing kekalahan.
Strategi mengelola manajemen pengetahuan bisa dilakukan dengan dua strategi, strategi pertama membangun khazanah pengetahuan sendiri dengan proses penelitian dan pengembangan (research and development) yang panjang dan melelahkan. Strategi kedua, Anda bisa melakukan akuisisi pengetahuan dari lembaga lain.
Google mengakuisisi Android pada 2005 dan mulai diluncurkan pada 2008 sebagai platform open source. Piranti lunak itu selanjutnya digunakan oleh hampir semua pembuat ponsel terkemuka, seperti HTC, LG, Motorola, dan Samsung. Kalau diakumulasi, hampir setengah dari produksi smartphone dunia kini menggunakan Android.
Lembaga riset Canalys (2011) melaporkan pangsa pasar Android telah mencapai angka 48 persen dari keseluruhan pasar smartphone di dunia. Canalys juga menunjukkan Android menguasai pangsa pasar di 35 negara dari 56 negara yang disurvei. Sebagai perbandingan, platform iOS Apple yang di urutan kedua hanya punya pangsa pasar 19 persen dengan menjual 20,3 juta unit iPhone.
Kembali pada contoh pasar smartphone di atas, Samsung sepertinya memilih strategi kedua dengan mengadopsi piranti lunak Google Android. Di dunia piranti lunak basis terbuka Nokia ibarat murid SLTA apabila dibandingkan dengan Google Android yang level pengetahuannya sudah setara dengan kelas profesor. Itulah mengapa dalam pasar smartphone, Nokia mendadak menjadi pecundang yang hanya bisa termangu menyaksikan ponsel Android terus melesat.