Oleh Sumiyati
Jika Anda menyantap Gudeg, makanan khas Yogyakarta, biasanya akan kita temui krecek pada sambalnya. Krecek, bahan makanan yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau juga bisa ditemui dalam rupa krupuk, atau menjadi bahan sayur-sayuran. Meskipun hanya salah satu bagian kecil dari sebuah masakan, tetapi krecek mampu menghidupi para perajinnya di Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Selama ini Segoroyoso dikenal sebagai daerah jagal sapi, kambing, dan kuda. Tak banyak yang tahu bahwa daerah itu juga merupakan sentra industri rambak krecek. Dari 9 dusun yang berada di Desa Segoroyoso, Dusun Srumbung, Jembangan, Kloron, Segoroyoso I, Segoroyoso II, dan Terukan, merupakan daerah penghasil krecek. Usaha rambak krecek telah dilakukan secara turun temurun. Entah siapa yang memulai mendirikan usaha ini, namun menurut cerita Kepala Desa Segoroyoso, industri ini dibawa oleh almarhum istri Mbah Pawiro Diharjo yang berasal dari daerah Pandak, Bantul. Melihat potensi desa sebagai lahan jagal, perempuan ini kemudian mengembangkan pembuatan rambak krecek. Berbekal kepandaiannya membuat rambak krecek, beliau kemudian mengembangkan usahanya di tahun 1945. Kini, usaha ini telah digeluti oleh sebagian penduduk Segoroyoso. Dari 28 perajin krecek yang masih aktif, Suryani merupakan salah satu perajin yang berhasil menjadikan usaha krecek sebagai sandaran nafkahnya. Rambak Matahari merupakan nama merek dagang untuk komoditi kreceknya.
Membuat rambak krecek
Di rumah Suryani, nampak tiga orang laki-laki sibuk menggoreng krecek dari kulit sapi. Dari ruangannya tercium bau amis yang menyengat hidung. Di sudut ruangan lainnya, beberapa perempuan tengah sibuk memotong-motong kulit sapi. Semuanya sedang sibuk memroduksi krecek yang bisa terbuat dari kulit sapi, kerbau, dan kambing.
Di sudut ruangan lainnya nampak beb erapa perempuan tengah sibuk memotong-motong kulit sapi. “Umumnya yang dipakai kulit sapi, karena kulit kerbau sekarang harganya tidak terjangkau,” ujar Suryani. Harga kulit kerbau per kilogram mencapai Rp 38 ribu sedangkan untuk kulit sapi harganya berkisar antara Rp 23-25 ribu per kilogram. Ironisnya, walaupun Segoroyoso dikenal sebagai wilayah jagal hewan, tetapi bahan baku pembuatan rambak krecek didatangkan dari Surabaya dan Jakarta. Pasalnya bahan baku dari Segoroyoso tidak mampu memenuhi kebutuhan produksi perajin krecek. Kulit hewan sembelihan Segoroyoso sendiri biasanya digunakan oleh pengusaha kerajinan tangan.
Menurut Suryani, besar produksi rambak krecek masing-masing perajin berbeda. Biasanya pada bulan Maulid Nabi (Grebeg), awal puasa dan hari lebaran permintaan krecek akan meningkat. Gempa akhir Mei lalu menyebabkan naiknya permintaan krecek. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah perajin dan bertambahnya kebutuhan akan krecek. “Setelah gempa kemarin harga jual rambak naik Rp 5 ribu per kg,” ujar Suryani. Sayangnya kenaikan harga jual juga diikuti oleh naiknya harga bahan baku. Kenaikan harga inilah yang memacu perajin rambak krecek untuk bergegas memulai usahanya kembali. “Saya cuma libur produksi 2 minggu karena tempat produksinya ambruk,” tambah Suryani.
Rata-rata perajin rambak krecek seperti Suryani dalam satu bulan memroduksi 2 ton krecek. Untuk mendapatkan hasil 2 ton krecek yang siap saji dibutuhkan 1 ton kulit sapi/kerbau, 10 drum minyak goreng, dan 1 bal margarine. Di samping itu masih dibutuhkan bahan tambahan seperti kayu bakar, minyak tanah, dan bumbu. Biasanya 1 kuintal kulit kering menghasilkan 65 kg kulit ungkepan. Sedangkan 1 kg ungkep menghasilkan 1,1 kg rambak krecek goreng.
Proses produksi panjang ini dikerjakan oleh 10 orang karyawan terdiri atas 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. Tetapi bila permintaan naik maka diperlukan penambahan karyawan. “Kalau lagi ramai karyawannya mencapai 20 orang soalnya ada yang lembur,” tambah Suryani. Tak diperlukan es khusus bila menjadi karyawan perajin rambak krecek. Biasanya karyawan baru didampingi oleh 1 orang karyawan lama untuk menghindari kesalahan produksi. Dibutuhkan waktu 1-2 bulan untuk menjadi karyawan tingkat mahir. “Ini kan pekerjaan gampang, jadi orang cepat bisa,” papar Suryani. Walaupun pekerjaannya dianggap mudah, tetapi Suryani tetap mengontrol produksi untuk menjaga kualitas kreceknya.
Harga jual rambak krecek bervariasi bergantung dengan kualitas barang dan jenis bahan baku. Rambak krecek dari kulit kerbau harganya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kulit sapi. Untuk kulit kerbau harga jualnya mencapai Rp 65 ribu/kg, sedangkan yang dari kulit sapi harganya sebesar Rp 50 ribu/kg. Dari harga ini kita dapat mengetahui penghasilan rata-rata per bulan seorang perajin. Bila dalam 1 bulan omzet penjualan mencapai 1 ton maka tingggal mengalikan dengan harga jual. “Pokoknya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah dan bayar sekolah anak,” ujar Suryani.
Produksi krecek Suryani saat ini tengah menunggu izin dari Dinas Kesehatan Bantul. “Sudah 2 bulan saya mohon izin ke Dinas Kesehatan Bantul, tetapi belum mendapatkan surat keputusannya,” terang Suryani. Rambak Matahari adalah nama yang dipilih sebagai identitas produksi. Selama ini Suryani menggunakan merk dagang ibunya yang kebetulan juga berprofesi sebagai perajin rambak krecek. Suryani sendiri mengeluarkan 2 jenis krecek yang dilempar ke pasar. Pertama untuk rambak krecek yang digunakan sebagai sayur. Kedua rambak krecek yang digunakan sebagai kerupuk. Beda kedua jenis rambak krecek ditentukan oleh rasa. “Kalau rambak krecek untuk kerupuk saya beri bumbu tetapi kalau untuk sayur belum ada rasanya,” lanjut Suryani.
Pemasaran
Krecek produksi Suryani telah memiliki distributor tetap di Semarang dan Klaten. Setiap minggu Suryani melakukan 4 kali pengiriman. Masing-masing pengiriman sebanyak 1 kuintal. Di samping itu Suryani juga melempar produknya ke wilayah Wonosari dan kota-kota lainnya. “Biasanya agen tidak mau kalau kreceknya diberikan cap soalnya takut kalau konsumen pesan langsung ke sini,” jelas Suryani. Pesanan biasanya dilakukan melalui telepon tetapi ada juga yang datang langsung ke rumah.
Perkembangan usaha yang cukup menggiurkan menarik pihak bank untuk menyalurkan kredit. Saat ini rata-rata perajin krecek di wilayah ini meminjam uang ke Bank Rakyat Indonesia (BRI). Besar masing-masing pinjaman bergantung dari usaha yang dijalankan. “ Saya mempuyai pinjaman di BRI sebesar Rp 50 juta dan di Astra sebesar Rp 100 juta,” lanjut Suryani. Pinjaman sebesar itu digunakan Suryani untuk mengembangkan usahanya. Walaupun pinjaman relatif besar tetapi bagi perajin kebutuhan pengembangan usaha membutuhkan dana yang besar pula. Untuk mendapatkan 1 ton rambak krecek dibutuhkan dana berkisar antara Rp 50-60 juta. Dana ini digunakan untuk membeli kulit sapi/kerbau 1 ton seharga Rp 35-38 juta. Biaya tenaga kerja Rp 5 juta, minyak 10 drum @ Rp 1 juta, plastik, kayu bakar, dan transportasi.
Sayangnya menjamurnya perajin rambak krecek di Segoroyoso tidak dibarengi peningkatan manajemen. Persaingan tidak sehat yang terjadi di antara perajin menyebabkan harga melemah di pasaran. “Ada perajin yang menurunkan harga supaya barangnya laku,” ujar Suryani. Biasanya perajin jenis ini tidak akan bertahan lama. Hal ini disebabkan kerugian yang diderita. Kerugian muncul karena biaya produksi lebih besar dibandingkan dengan harga jual.
Dinas perdagangan dan industri pernah menggagas berdirinya koperasi di wilayah Segoroyoso. Koperasi ini dimaksudkan untuk menjaga stabilnya harga. Tetapi belakangan koperasi sudah tidak berfungsi dan mulai ditinggalkan anggotanya. Di samping itu sejak 10 tahun lalu deprindag meninggalkan lokasi dampingannya tersebut. “Kalau zaman ibu saya masih ada Deperindag sering datang ke sini, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. Tak sekadar jarang, nampaknya deperindag terkesan memutuskan hubungan dengan Segoroyoso. Hal ini dapat dilihat dari fasilitas pameran yang tak kunjung datang di Segoroyoso,” keluh Suryani. Sayang sekali jika pemerintah daerah tidak mau menoleh potensi masyarakat yang sudah berlangsung puluhan tahun ini.
salam kenal,
saya produsen krecek 100% kulit kerbau.kalau anda bingung mencari krecek dengan kwalitas bagus bisa hubungi saya.atau produk kami bisa ditemukan di pasar2 wilayah jogja dgn bran “RAOS”krecek jogja dan “KRECEK MINI”Hj.Sastro.bisa juga langsung datang ketempat produksi saya.cp:081.727.3343
raoskrecek.blogspot.com
share donk yg tau cara bikin krecek,,, saya dari jambi mau bikin usaha sperti ini,… mkasih