Dalam memilih topik tersebut, kita harus memperhatikan selera dan kebijakan redaksional dari media bersangkutan. Hal yang tak kalah penting, kita juga harus memahami khalayak pembaca yang dituju. Selain itu, kita perlu memahami bagaimana cara media bekerja dan bagaimana pengelola media memutuskan untuk mengangkat satu topik tertentu.
Setiap media memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan berita. Selain itu, mereka juga memiliki apa yang disebut kebijakan redaksional. Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum dan tak jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan redaksional setiap media bisa berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang dianutnya. Pemilihan artikel ilmiah populer, untuk dimuat di media massa, tentunya juga dipengaruhi oleh kriteria kelayakan ini.
Setiap media memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan berita. Selain itu, mereka juga memiliki apa yang disebut kebijakan redaksional (editorial policy). Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan redaksional setiap media bisa berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang dianutnya. Pemilihan artikel ilmiah populer, untuk dimuat di media massa, tentunya juga dipengaruhi oleh kriteria kelayakan ini.
Beberapa kriteria itu adalah:
Penting. Topik tulisan harus punya arti penting bagi mayoritas khalayak pembaca. Tentu saja, pengelola media tidak akan rela memberikan space untuk topik tulisan yang remeh-temeh. Ditemukannya bahan bakar jenis baru, yang lebih murah namun tak kalah praktis dari minyak bumi; penemuan obat kanker yang harganya lebih terjangkau namun lebih manjur; dan sebagainya, jelas penting karena berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
Aktual. Suatu topik dianggap layak diangkat jika konteks peristiwanya relatif baru terjadi. Maka, ada ungkapan tentang topik yang “hangat,“ artinya belum lama terjadi dan masih jadi bahan pembicaraan di masyarakat. Kalau konteks peristiwanya sudah lama terjadi, tentu tak bisa disebut “hangat,” tetapi lebih pas disebut “basi.”
Misalnya, pada 20 Mei 2009, terjadi kecelakaan pesawat C-130 Hercules TNI-AU di Magetan, Jawa Timur, yang menewaskan 98 orang. Pada momen seperti itu, kita bisa membuat tulisan ilmiah populer bertopik teknologi keselamatan penerbangan.
Unik. Suatu topik diangkat karena punya unsur keunikan, kekhasan, atau tidak biasa. Di sekitar kita selalu ada peristiwa yang unik dan tidak biasa. Misalnya: Sengat lebah biasanya dianggap menyakitkan, tetapi ternyata ada terapi pengobatan dengan memanfaatkan sengatan lebah. Terapi ini dapat dijelaskan secara ilmiah populer.
Asas Kedekatan (proximity). Suatu fenomena atau masalah yang terjadi di dekat kita (khalayak pembaca), lebih layak ditulis ketimbang masalah yang terjadi jauh dari kita. Tulisan ilmiah populer tentang gempa bumi, yang sering terjadi di Indonesia, tentunya lebih layak dimuat di media ketimbang tulisan ilmiah populer tentang gempa bumi di Ghana, Afrika.
Perlu dijelaskan di sini bahwa “kedekatan” itu tidak harus berarti kedekatan fisik atau geografis. Ada juga kedekatan yang bersifat emosional. Agresi Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, misalnya, secara geografis jauh dari kita, tetapi secara emosional tampaknya cukup dekat bagi khalayak media di Indonesia. Sehingga tulisan ilmiah populer tentang teknologi persenjataan Hamas dan Israel bisa saja dimuat, dalam konteks waktu peristiwa yang tepat.
Asas Keterkenalan (prominence). Nama tokoh terkenal bisa mengangkat hal yang biasa menjadi berita. Misalnya, penyanyi dangdut Inul Daratista, setelah sekian lama, akhirnya hamil lewat teknologi bayi tabung. Teknologi bayi tabung sebenarnya bukan lagi sesuatu yang baru. Namun, karena ini menyangkut seorang artis ternama, peristiwa kehamilan Inul ini bisa dijadikan momentum untuk membuat tulisan ilmiah populer. Topiknya yang pas adalah perkembangan teknologi kedokteran mutakhir dalam mengatasi kesulitan hamil.
Magnitude. Mendengar istilah magnitude, mungkin mengingatkan Anda pada gempa bumi. Benar. Magnitude ini berarti “kekuatan” dari suatu topik. Gempa berkekuatan 6,9 skala Richter pasti jauh lebih besar dampak kerusakannya, dibandingkan gempa berkekuatan 3,1 skala Richter. Dalam konteks pemilihan topik tulisan, semakin besar magnitude-nya (baca: potensi dampaknya bagi masyarakat), semakin layak topik itu dipilih.
Tulisan tentang manfaat daun sirih bagi penguatan gigi, akan berdampak pada banyak orang, yang mungkin memiliki problem gigi rapuh. Tulisan tentang cacat produksi pada mobil super mewah merek X, yang mungkin membahayakan pengemudinya, akan bermanfaat bagi para pemilik mobil tersebut. Tetapi, karena jumlah pemilik mobil mewah jenis itu sangat sedikit di Indonesia, magnitude-nya mungkin tidak terlalu besar.
Human Interest. Suatu topik yang menyangkut manusia, selalu menarik dituliskan. Mungkin sudah menjadi bawaan kita untuk selalu ingin tahu tentang orang lain. Apalagi yang melibatkan drama, seperti: penderitaan, kesedihan, kebahagiaan, harapan, perjuangan, dan lain-lain.
Topik-topik kemanusiaan semacam ini bisa menjadi konteks untuk sebuah tulisan ilmiah populer. Misalnya, menanggapi penderitaan nelayan, yang makin sulit mencari perairan yang banyak ikannya, kita bisa menulis tentang teknologi penginderaan jarak jauh dengan satelit. Teknologi ini berguna dalam menentukan perairan yang banyak mengandung plankton. Plankton adalah makanan bagi ikan. Jadi, banyak plankton berarti banyak ikan.
Unsur konflik. Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang menyangkut hubungan antar-manusia, juga menarik untuk ditulis. Dalam bidang keilmuan, sering terjadi konflik berupa perbedaan pendapat di antara para ilmuwan tentang teori tertentu, atau tentang cara terbaik dalam memecahkan masalah tertentu.
Misalnya, konflik tentang teori evolusi, tentang proses terciptanya alam semesta, atau tentang cara terbaik dalam mengatasi meluapnya lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.
Trend. Sesuatu yang sedang menjadi trend atau menggejala di kalangan masyarakat, patut mendapat perhatian untuk dijadikan topik tulisan. Pengertian trend adalah sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu-dua orang saja. Misalnya, makin banyaknya masyarakat yang menggunakan ponsel Blackberry, memberi konteks bagi penulisan tentang keunggulan dan kelemahan teknologi Blackberry.
Dalam memilih topik tulisan, bisa saja tergabung beberapa kriteria kelayakan sekaligus. Misalnya, ketika kita menulis tentang teknologi Blackberry, topik ini terkait dengan trend yang berlangsung di masyarakat. Juga, berkaitan dengan tokoh terkenal. Presiden Amerika Barack Obama dikenal sebagai penggemar Blackberry. Karena bisnis ponsel Blackberry melibatkan uang yang sangat besar dan pengguna yang sangat banyak pula, magnitude-nya juga tinggi.
Terakhir, tentu saja segmen khalayak yang dilayani tiap media juga berbeda-beda. Keinginan media, untuk memuaskan kebutuhan segmen khalayak tersebut, secara tak langsung juga berarti menyeleksi apa yang layak dan tidak layak dijadikan topik.
Majalah Femina, misalnya, membidik pasar kaum perempuan berusia menengah ke atas, yang tinggal atau bekerja di perkotaan. Jadi, jika kita ingin mengirim tulisan ilmiah populer ke majalah Femina, sebaiknya memilih topik yang relevan dengan segmen pembaca tersebut. Pilihannya bisa sangat beragam. Seperti: tulisan ilmiah populer tentang industri kosmetik, teknologi mesin cuci terbaru, kemajuan dalam pengobatan kanker payudara, dan sebagainya.
Satrio Aris Munandar, Produser Reportase Investigasi TRANS TV
Tulisan ini telah dipublikasikan di blog satrioarismunandar6. Publikasi di situs ini telah mendapat izin dari penulis.