Sejak 2000, warga Desa Timbulharjo memiliki sebuah media komunitas, namanya Buletin Angkringan. Kata Angkringan diambil dari nama warung makan kaki lima yang banyak berdiri di Yogyakarta sejak 1990-an. Angkringan bukan sekadar tempat makan dan minum, namun sebuah media yang dimanfaatkan warga untuk berdialog, bertukar informasi, dan mengekspresikan diri dengan semangat kesetaraan.
Media Komunitas Angkringan mengemban misi sebagai saluran informasi warga Timbuharjo, Sewon, Bantul. Sukses dengan media buletin, mereka mengembangkan media berbasis radio. Lalu, berdirilah Radio Komunitas Angkringan. Perkawinan aantara media buletin dan radio ini berhasil menggerakkan partisipasi masyarakat khususnya dalam bidang politik. Proses pemilihan kepala desa pada Februari-Maret 2003, adalah sebuah proses pemilihan pemimpin yang paling transparan yang pernah dilakukan di desa itu. Hal ini dikarenakan keseluruhan proses–mulai dari pencalonan sampai dengan pengumuman kepala desa terpilih-diliput dan disiarkan secara langsung oleh radio ini.
Warga setempat juga dilibatkan dalam proses pengelolaan informasi melalui teknologi komunikasi yang mereka miliki, seperti telepon, layanan pesan pendek (short messages services atau SMS), surat, bahkan ada yang sengaja datang ke studio untuk menyampaikan pendapat atau keluhan. Kedekatan secara geografis dan psikologis terhadap Radio Angkringan membuat masyarakat desa ini menjadikan studio sebagai semacam posko pemilihan lurah. Intensitas interaksi yang sangat tinggi selama kegiatan tersebut menyebabkan penyimpangan yang terjadi juga dapat segera diatasi.
Pada 2007, para pegiat Radio Komunitas Angkringan melirik mengembangkan teknologi berbasis internet. Muncullah ide KUSIR-ANGKRINGAN atau Komputer Untuk Sistem Informasi-Angkringan adalah jaringan informasi antar warga di Desa Timbulharjo dengan teknologi jaringan komputer nirkabel. Jaringan ini juga berfungsi sebagai sarana berbagi koneksi internet sehingga harga langganan lebih murah. Kegiatan ini merupakan penyediaan sarana dan prasarana TIK dan pemberdayaan penggunanya di desa Timbulharjo Sewon Bantul oleh Radio Komunitas Angkringan.
Menurut Ambar Sari Dewi (2009), Koordinator Divisi Penelitian dan Pengembangan Angkringan, ide mengenai Kusir-Angkringan direalisasikan melalui teknologi wajanbolic dan mobile tower sederhana. Prototipe wajanbolic dirakit sendiri oleh Kru Angkringan dengan berpedoman pada panduan membuat wajanbolic yang tersedia di internet, majalah komputer, surat kabar, majalah atau buku. Mobile tower berupa pipa besi yang disambung-sambung, dirancang sendiri oleh kru Angkringan. Peralatan ini digunakan untuk mengetahui radius kekuatan sinyal nirkabel yang dipancarkan dari studio Angkringan. Jika jangkauan kekuatan sinyal telah diketahui, calon-calon pelanggan yang dinilai potensial untuk direkrut akan mudah diperkirakan.
Sosialisasi ini KUSIR ANgkringan dilakukan melalui kegiatan pertemuan warga, misalnya rapat kampung, pengajian, dan pertemuan karang taruna. Sosialisasi juga dilakukan melalui siaran radio. Di sela-sela acara atau program siaran, para penyiar radio Angkringan selalu menyelipkan informasi mengenai KUSIR-Angkringan ini.
Yossy Suparyo, Staf Manajemen Pengetahuan CRI Yogyakarta