Menulis berita, terutama untuk media daring (dalam jaringan/online), membutuhkan unsur kecepatan. Sebisa mungkin berita bisa diterbitkan bersamaan dengan kejadiannya, saat itu juga (real time). Untuk mampu menulis berita dengan cepat, pewarta harus mampu merekam atau menuliskan peristiwa secara sistematis sehingga kecepatan dalam memproduksi berita tidak mengurangi mutu dari beritanya itu sendiri.
Resep yang Anda baca ini telah dipraktikkan dalam pelbagai pelatihan pewartaan warga. Akibat wataknya yang cepat, tidak semua unsur berita dapat dieksplorasi dengan rinci, usaha untuk merincikan dapat dilakukan dengan membuat berita secara terus-menerus (running news). Panjang tulisan berita cepat dalam panduan ini adalah empat paragraf.
Panduan ini bisa menjadi rujukan bagi para pewarta pemula yang ingin belajar menulis berita secara cepat. Caranya, setelah melakukan liputan, susunlah fakta-fakta yang Anda temui dengan lima langkah berikut ini:
1. Paragraf pertama atau biasa disebut dengan teras berita berisi materi yang paling penting. Buatlah paragraf berisi 2-3 kalimat yang memuat unsur APA kejadiannya, DI MANA kejadiannya, SIAPA yang terlibat dalam kejadian tersebut dan KAPAN kejadiannya. Misalnya:
Pemerintah Desa Melung menjadi tuan rumah workshop Desa Membangun. Kegiatan ini dilaksanakan pada 24-25 Desember 2011 di Balai Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas. Workshop ini diikuti oleh sejumlah kepala desa, organisasi pemuda, kelompok swadaya masyarakat, tenaga pendidikan, dan lembaga usaha desa.
Apa kejadiannya : Pememerintah Desa Melung selenggarakan Workshop Desa Membangun
Di mana kejadiannya : Balai Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas
Kapan kejadiannya : 24-25 Desember 201
Siapa yang terlibat : Kepala desa, organisasi pemuda, kelompok swadaya masyarakat, tenaga pendidikan, dan lembaga usaha desa.
2. Paparkan informasi dalam paragraf pertama dengan satu paragraf lanjutan yang berupa kalimat pernyataan. Jangan lupa tuliskan identitas narasumber berita dan atributnya di paragraf ini, misalnya:
Workshop ini merupakan salah satu tahapan dalam gerakan Desa Membangun di Indonesia. Menurut A. Budi Satrio (47), Kepala Desa Melung, istilah Desa Membangun muncul sebagai kritik terhadap konsep “membangun desa” yang latah menjadi slogan politik akhir-akhir ini.
Narasumber: A. Budi Satrio
Atribut : Kepala Desa Melung, umurnya 47 tahun
Inti pikiran : Workshop ini merupakan salah satu tahapan dalam gerakan Desa Membangun di Indonesia
3. Tulislah pendapat narasumber dengan kutipan langsung.
“Bila kita cermati istilah membangun desa menempatkan desa sebagai objek pembangunan. Maju mundurnya desa tergantung pada belas kasihan pihak luar. Dalam konsep desa membangun, desa merupakan subjek atau aktor yang melakukan kegiatan dan inovasi untuk mengangkat desa dari keterbelakangan. Genderang gerakan desa membangun segera kita tabuh!” ujarnya.
Catatan: Penegasan narasumber atas inti pikiran pada paragraf 2
4. Buatlah paragraf penutup yang berisi kesimpulan atau keterangan tambahan.
Workshop akan difasilitasi oleh para ahli dibidangnya, seperti Budhi Hermanto (Head of Implementation Program COMBINE Resource Institution dan Staf Pengajar Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), Akhmad Safrudin (Senior Hecker/Pengembang BlankOn Linux, Manajer OSRC Yayasan Air Putih Jakarta), Yana Noviadi (Kepala Desa Mandalamekar, Tasikmalaya, Peraih Sociology Prize 2011 dari California, USA). Untuk dukungan teknis akan dilakukan oleh Komunitas BlankOn Banyumas.
5. Buatlah judul berita
Pemdes Melung Tabuh Genderang Gerakan Desa Membangun
Bila ditulis lengkap maka jadilah berita seperti di bawah ini:
Pemdes Melung Tabuh Genderang Gerakan Desa Membangun
Pemerintah Desa Melung menjadi tuan rumah workshop Desa Membangun. Kegiatan ini dilaksanakan pada 24-25 Desember 2011 di Balai Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas. Workshop ini diikuti oleh sejumlah kepala desa, organisasi pemuda, kelompok swadaya masyarakat, tenaga pendidikan, dan lembaga usaha desa.
Workshop ini merupakan salah satu tahapan dalam gerakan Desa Membangun di Indonesia. Menurut A. Budi Satrio (47), Kepala Desa Melung, istilah Desa Membangun muncul sebagai kritik terhadap konsep “membangun desa” yang latah menjadi slogan politik akhir-akhir ini.
“Bila kita cermati istilah membangun desa menempatkan desa sebagai objek pembangunan. Maju mundurnya desa tergantung pada belas kasihan pihak luar. Dalam konsep desa membangun, desa merupakan subjek atau aktor yang melakukan kegiatan dan inovasi untuk mengangkat desa dari keterbelakangan. Genderang gerakan desa membangun segera kita tabuh!” ujarnya.
Workshop akan difasilitasi oleh para ahli dibidangnya, seperti Budhi Hermanto (Head of Implementation Program COMBINE Resource Institution dan Staf Pengajar Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), Akhmad Safrudin (Senior Hecker/Pengembang BlankOn Linux, Manajer OSRC Yayasan Air Putih Jakarta), Yana Noviadi (Kepala Desa Mandalamekar, Tasikmalaya, Peraih Sociology Prize 2011 dari California, USA). Untuk dukungan teknis akan dilakukan oleh Komunitas BlankOn Banyumas.
Baik itu kegiatan bagi bagi sembako dan pakaian, atau gotong royong membersihkan balai desa dan balai adat.