Oleh Dodo Juliman
Setiap hari, bahkan setiap saat, masyarakat dijejali banyak informasi dari banyak media. Entah televisi, radio, koran harian, tabloid, majalah mingguan, dan lain-lain. Begitu banyak muatan dan corak informasi yang memasuki ruang publik maupun ruang pribadi.
Ada informasi yang benar-benar berguna, ada yang sekadar memberitahu, memberi hiburan, atau bahkan malah mengganggu. Hanya saja, karena begitu banyak dan gencarnya, masyarakat sering kesulitan untuk memilah mana yang berguna serta mana yang perlu segera disingkirkan.
Untuk kepentingan pembelajaran kolektif demi membangun kesadaran kritis dan pengetahuan kolektif masyarakat, sangat diperlukan upaya mengelola informasi agar mampu menggerakkan pihak-pihak yang berkepentingan. Baik untuk merespon berbagai topik atau fenomena awal, kecenderungan, maupun implikasinya. Masyarakat perlu mengembang-kan pengetahuan, fteterampilan, dan kemampuan mengelola isu strategis agar bisa mengambil manfaat dari berbagai infor¬masi yang memasuki lingkungan sosialnya.
Tapi, dengan memiliki jaringan informasi tidak berarti bisa menjawab semua masalah. Jaringan informasi milik komunitas perlu didukung perangkat manajemen yang mampu mengolah data, fakta, dan informasi mentah menjadi informasi strategis yang cerdas. Yaitu informasi yang siap diperlakukan sebagai bahan untuk proses pengambilan keputusan dan mampu menjadi masukan sebagai bahan menyelesaikan masalah (problem solving), mengatasi konflik (conflict resolution) atau mengantisipasi suatu kecenderungan secara tepat, dan memicu terjadinya inovasi. Untuk itu diperlukan (paling tidak) suatu kerangka pikir yang tersusun baik dan siap diop-erasionalkan serta organisasi kerja yang profesional.
Pengolahan dan pengemasan informasi, prinsipnya tidak jauh berbeda dengan industri makanan kemasan, Ada kegiatan utuk menentukan apakah informasi tampil menarik dan enak dicerna dan bermanfaat untuk menyelesaikan masalah, atau sebaliknya. Dalam pengolahan dan pengemasan bahkan diperlukan penilaian banyak ahli dari bidang keilmuan ter-tentu untuk memberikan justifikasi terhadap isu.
Hal ini juga terjadi dalam pengelolaan informasi di media massa dalam menentukan agenda media. Dalam konteks Combine, informasi strategis yang dihasilkan adalah infor¬masi yang telah dianalisis untuk kepentingan pengambilan keputusan, guna memberi “amunisi” yang cerdas dan kritis dalam menjalankan fungsi kontrol publik di komunitas dan masyarakat sipil.
Kerangka Kerja
Kerangka kerja Manajemen Informasi Strategis (MIS) secara ringkas bisa dikembangkan dalam beberapa langkah. Pada awalnya, dengan bantuan fasilitator, masyarkat harus mampu menyimak berbagai public issues baik di lingkun-gannya, maupun di masyarakat luas. Dalam periode tertentu warga dengan sesama komponen masyarakat sipil perlu melakukan pertemuan reguler untuk membahas berbagai isu publik, dari yang ruang pengaruhnya kecil sampai yang besar, dari yang mendesak hingga bisa ditunda, bahkan diabaikan.
Setelah itu ditentukan isu strategis yang akan diinvestigasi lebih mendalam di tingkat komunitas, kawasan, dan kota/ kabupaten. Penentuan isu strategis yang masuk daftar investigasi per-periode ini dilakukan berdasarkan bobot topik fenomena yang ada pada tiap kategori isu. Dalam investigasi ada beberapa hal yang harus diperharikan, antara lain hubungan antara isu strategis dengan para pihak (stakeholders), kaitan isu strategis dengan upaya advokasi kebijakan publik, resolusi konflik, dan lain-lain.
Informasi-informasi strategis hasil investigasi kemudian perlu dipetakan. Pemetaan ini dimaksudkan untuk menge-tahui stakeholders mana saja yang terkait dengan suatu isu, seberapa jauh terpengaruh, dan seberapa jauh potensi untuk berperan dalam pemecahan masalah teknis, resolusi konflik, dan advokasi kebijakan. Secara teknis pemetaan isu-isu strategis bisa dilakukan dengan menyusunnya dalam matrik, dilengkapi dengan diagram-diagram yang menggambarkan hubungan pelaku atau proses implementasi suatu kegiatan.
Begitu isu-isu strategis telah dipetakan langkah berikut-nya adalah melakukan analisis dan mengelolanya. Analisis ini bertujuan untuk menyajikan informasi strategis yang siap digunakan oleh para stakeholders dalam pemecahan masalah, resolusi konflik dan advokasi kebijakan. Hal ini bisa dilaku¬kan oleh tim kerja yang dibentuk oleh komponen masyara¬kat sipil bersama beberapa narasumber analis di berbagai bidang. Hasil analisis diolah menjadi bentuk generik informasi strategis.
Informasi strategis yang telah dianalisis kemudian dike-mas dalam berbagai bentuk. Bisa berupa bahan pertimbangan eksekutif, bahan pertimbangan masyarakat dalam membuat usulan program, bahan untuk kontrol publik dan seterusnya.
Kemudian, bahan yang telah terkemas harus disampai-kan kepada sasaran yang dituju pada waktu yang tepat, agar pengambilan keputusan dari para stakeholders bisa dilakukan pada momentum yang tepat pula. Misalnya informasi strategis tentang hubungan antara Kepala Desa dengan BPD dilontarkan kepada DPRD sebelum mereka menjalani masa persidangan.
Langkah penting berikutnya adalah melakukan pengarsi-pan atau filing bahan dasar (database) maupun bahan olahan (informasi strategis) agar bisa diakses kembali jika sewaktu-waktu diperlukan. Bisa dalam bentuk fisik (bahan tercetak, rekaman suara, foto, video, film) maupun dalam bentuk digital (CD, disket, zip, hard-disk).
* Penulis adalah salah satu penggagas program Combine, mantan Direktur Eksekutif Asosiasi Permukiman Kooperatif (ASPEK)