Oleh Ade Tanesia
Sejak pertengahan tahun 1970-an, deregulasi kebijakan media industri di Fiji telah mengakibatkan perkembangan koran, radio komersial, televisi, dan media digital yang begitu pesat yang dimulai sekitar tahun 1990-an. Tetapi sejalan dengan perkembangan media itu, masyarakat Fiji sendiri tetap menjadi konsumen media yang pasif, apalagi untuk kaum wanitanya. Media alternatif yang bisa menampung aspirasi masyarakat pun masih sangat minim. Melihat kondisi itu, pada bulan September 2000, femLINKpacific melansir program media untuk perempuan serta mengadvokasi dan menerapkan konsep media komunitas. Hal itu juga merupakan respons terhadap persoalan sosial yang terjadi di Fiji. femLINKpacific melihat bahwa masyarakat Fiji tidak hanya mempunyai persoalan ekonomi tetapi juga membutuhkan sarana untuk mengartikulasikan pandangan-pandangan mereka terhadap isu sosial dan ekonomi yang sedang berlangsung.
Pada titik itulah, femLINKpacific menginisiasi sebuah program media komunitas. Semboyannya adalah “wanita bicara kepada sesamanya untuk perdamaian”. Dengan menggagas inisiatif media komunitas, femLINKpacific ingin menyediakan sebuah “ruang aman” bagi perempuan untuk mengekspresikan dan bertukar gagasan di antara mereka.
Bentuk-bentuk media yang mereka jelajahi sangat beragam. femLINKpacific menggunakan media audio visual, radio komunitas, dan agar lebih memperkuat komunitas maka diluncurkan sebuah program mobile radio yang disebut ‘femTALK 89.2 suitcase mobile radio.” Proyek yang diluncurkan sejak tahun 2004 itu didukung oleh UNESCO’s Intergovernmental Programme for the Development of Communication (IPDC).
Target utama dari program itu adalah perempuan yang tinggal di daerah pedesaan dan semi perkotaan. Isu yang terjadi di lingkungan mereka tidak pernah diangkat atau bahkan disebarkan ke jaringan organisasi yang memperjuangkan masyarakat sipil.
Dengan menggunakan transmiter dengan daya rendah, femLINKpacific mendorong perempuan untuk saling mengemukakan pendapat dan gagasannya tentang suatu persoalan. femTALK 89,2 melakukan perjalanan dari satu komunitas ke komunitas lainnya untuk berbagi cerita, opini, dan ide-ide. Di dalam setiap siaran radio ada kesempatan untuk memromosikan pemimpin lokal perempuan yang potensial. Radio itu memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk didengar oleh pemimpin lokal sampai ke tingkat provinsi. Lalu, ketika disiarkan di ibukota, maka rekaman wawancara itu juga menjadi informasi bagi pemegang kebijakan di tingkat nasional untuk mengetahui realitas perempuan di daerah pedesaan.
Persoalan yang diangkat oleh perempuan dari berbagai komunitas itu sangat beragam. Ada yang mengangkat persoalan HIV/AIDS di daerahnya. femTALK juga mengunjungi perempuan yang tinggal di lokasi permukiman baru di Vakabalea, Navua. Mereka adalah korban banjir yang kini hendak membangun kembali rumah dan pertanian mereka. Bicara kepada femLINK pacific, beberapa perempuan, ibu-ibu, dan nenek menceritakan pengalamannya ketika menghadapi banjir besar yang menghancurkan rumah dan pertanian. Kebanyakan dari mereka baru saja membangun kembali kehidupan keluarganya. “Kami sekeluarga menerima uang pemukiman kembali sebesar $10,000. Tetapi hal itu tidak cukup, terutama ketika harus membangun rumah setelah banjir. Setelah banjir, kita menghadapi berbagai penyakit dan hama yang menghancurkan seluruh pertanian. Kita memang menerima pertolongan dari kelompok-kelompok komunitas agama dan sektor privat seperti supermarket, tetapi tetap saja masih banyak yang kita butuhkan untuk bisa bertahan,” ujar seorang ibu.
Banyak komunitas di pedesaan mengeluhkan infrastruktur jalan yang sangat buruk sehingga menghambat akses mereka untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Ada pula yang mengangkat persoalan wanita cacat yang selalu diabaikan dalam proses pembangunan. Mereka selalu dianggap sebagai penerima proyek-proyek sosial daripada didudukkan sebagai pihak yang bisa memengaruhi kebijakan-kebijakan negara terhadap persoalan kesejahteraan. Perempuan di pedesaan juga mencari bantuan untuk beberapa isu sosial termasuk kekerasan domestik atau manajemen stres. Selain itu, mereka ingin diperkenalkan dengan jaringan kelompok-kelompok pendamping yang bisa membantu mereka dalam mengatasi pemakaian narkoba di kalangan remaja.
Selama ini, femLINKpacific telah melakukan 40 kali siaran program perempuan di akhir minggu di kawasan Suva, kemudian 11 siaran di daerah pedesaan di Fiji, memroduksi 12 video komunitas, dan lebih dari 36 edisi buletin. Setelah sukses mengembangkan Suitcase Community Radio, kini mereka ingin mengembangkan jaringan radio komunitas nasional. Untuk itu diperlukan penguatan jaringan koresponden di daerah pedesaan. Koresponden itu, setiap bulan akan mengirimkan tiga produksi audio berisi wawancara dengan komunitas lokalnya. Hasil wawancara tersebut akan disiarkan setiap akhir minggu di radio komunitas mereka dan juga menjadi bahan untuk buletin elektronik. Diharapkan gagasan dan opini dari perempuan desa di seluruh wilayah Fiji bisa terdengar ke berbagai kalangan dan bisa memengaruhi kebijakan negara.
femLINKpacific juga melansir program The Generation Next Project dengan memberikan pelatihan kepada 15 remaja dari komunitas lokal agar mereka bisa menjadi produser, penyiar radio, dan juru bicara komunitasnya mengenai isu pembangunan dalam kerangka hak-hak asasi perempuan. Selama tiga hari pelatihan di femLINKpacific Community Media Centre, para remaja perempuan itu juga diajarkan mengenai proses teknis produksi dan pengembangan konten program.
Ketika infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi belum terjangkau di beberapa daerah, maka proyek radio yang mendatangi narasumber dan pendengarnya tersebut sangat efektif. Terbukti bahwa banyak kaum perempuan yang begitu bersemangat dengan proyek itu. Mereka dapat mengekspresikan persoalan nyata yang dihadapinya dan berbagi dengan perempuan lain di daerah lain. “Ketika warga di negara kami bisa berbagi opininya secara bebas dan aman, maka kita baru bisa mengatakan bahwa kita telah mengalami demokrasi,” ungkap Sharon Bhagwan Rolls, salah satu pengelola femLINKpacific. ***
INFO AMARC
AMARC dan VOICES mengadakan kolaborasi untuk mengorganisasi sebuah pelatihan untuk anggota SEWA (Asosiasi Perempuan Pengusaha Kecil) di Bangalore, pada 1-5 Februari 2008. Sewa adalah salah satu organisasi perempuan di India yang telah memperoleh izin pendirian radio komunitas. Pelatih dari Philipina, India, dan Nepal telah memandu teman-teman dari SEWA untuk mengolah berbagai isu yang didesain dalam sebuah program stasiun radio komunitas. Mereka diskusi mengenai beragam isu seperti cara mengelola program radio, menentukan panjang sebuah program, membuat wawancara, siaran dengan bahasa lokal, melibatkan kesenian lokal dalam program, strategi menarik pendengar dari kelompok usia yang berbeda. Mereka juga mendiskusikan beragam cara untuk merangsang keterlibatan komunitas dalam aktivitas radio. Pelatihan itu juga membahas persoalan perencanaan program, merancang program yang menarik dan segar. Selama ini, SEWA telah melakukan produksi program untuk “All India Radio”, sebuah radio yang dimiliki oleh negara. Kini, SeWA juga mendiskusikan perbedaan utama antara program untuk AIR dan program untuk radio komunitas.