Judul : Video Komunitas
Penulis : Yoga atmaja,Abdul Aziz,Roem Topatimasang
Penerbit : Insist Press
Cetakan pertama : April 2007
Tebal : 198 halaman
Buku ini berisi pemikiran dan perenungan para penulis dalam melakukan proses pendampingan dibeberapa wilayah, dokumentasi kehidupan dan penghidupan komunitas penting diabadikan dalam bentuk video yang dapat dilihat oleh siapapun termasuk anak cucuknya kelak. Meskipun buku ini hanya sebagai pengantar singkat untuk mengenal gagasan dasar,pengertian pokok,dan kaidah-kaidah asas dari video komunitas yang menempatkan kembali pada hakikinya sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lebih mendasar sebagai media pendidikan dan pengorganisasian rakyat.
Penggunaan medium video dalam kerangka pemberdayaan masyarakat mulai menjamur beberapa tahun belakangan, ada anggapan dan keyakinan bahwa dengan memindahkan kemampuan teknis pembuatan video kepada masyarakat awam, serta merta akan memindahkan “ “kekuasaan” kepada masyarakat awam,pada giliranya akan melahirkan proses-proses penyadaran.
Media ‘gambar-hidup bersuara’ (audio visual), dikenal sebagai jenis media yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap penontonnya, terutama karena kemampuan ‘menirukan’ (mimetic) dari kamera video untuk memindahkan berbagai kejadian atau kegiatan dan tindakan manusia ke dalam bentuk gambar-hidup bersuara secara nyaris sempurna. Berkat kemajuan teknologi optikal dan digital dalam proses-proses penyuntingan (editing), rekaman gambar-gambar oleh kamera video bahkan sudah sampai pada taraf dapat ‘diubah-sesuaikan’ sehingga membuatnya jauh lebih dramatik daripada ‘yang sesungguhnya’. Unsur suaranya yang juga sudah sampai pada taraf sudah dapat ‘diubah-sesuaikan semakin meningkatkan kemampuan efek dramatiknya. Teknik-teknik penyuntingan gambar video bahkan sudah mampu menyusun dan merangkai gambar-gambar tersebut ke suatu penggambaran baru yang berbeda sama sekali, atau bahkan yang masih berupa rekaan sekalipun. Jadi, bukan sekadar ‘apa adanya’ lagi. Semua itu, tentu saja, menurut kehendak dan sesuai dengan tujuan sang pembuatnya untuk menggiring penonton menerima apa yang mereka sampaikan.
Selanjutnya pada tingkatan yang lebih tinggi dan cakupan lebih luas, tayangan video komunitas juga dapat digunakan sebagai sarana pertukaran pengetahuan dan pengalaman yang efektif lintas komunitas bahkan lintas Negara,bangsa, agama dan budaya-terutama jika memang terdapat kemiripan keadaan dan masalah yang mereka hadapi –untuk saling menguatkan dan saling mebgilhami. (halaman 21)
Dengan kata lain, video menjadi alat penghubung atau komunikasi antar warga mengenai berbagai persoalan yang mereka hadapi, menjadi bahan diskusi kelompok untuk bersama-sama mencari jalan keluar dari berbagai permasalahan tersebut; sekaligus sebagai alat mendokumentasikan proses-proses pemecahan masalah yang mereka tempuh; dan, akhirnya, berkembang menjadi alat refleksi bersama untuk menentukan pilihan-pilihan arah dan cara-cara yang lebih baik dalam tindakan-tindakan mereka berikutnya.
Pengalaman Julian Faulkner di Brazil, menunjukkan bahwa video bisa menjadi instrumen yang sangat ampuh untuk menciptakan berbagai bentuk partisipasi yang berbeda karena mampu “memberi suara kepada masyarakat ketimbang memberi pesan.” Sayangnya, dalam konteks partisipatif secara tradisional video lebih banyak dipergunakan untuk partisipasi yang sifatnya instrumental, yakni menyampaikan pesan, bukan transformasional, yang berarti memberikan suara kepada masyarakat dengan melibatkan partisipan dalam pembuatan dan penentuan isinya.
buku ini juga menceritakan sejarah video komunitas mulai dari awal mula sampai menyebar keseluruh dunia, cerita-cerita kasus yang diangkat dari belahan dunia lain, seperti dekonstruksi identitas di kolombia, pelestarian budaya di brazil,surat-surat video di Nepal,pemberdayaan perempauan di India, serta kasus-kasus video komunitas di Indoensia seperti; memeperjuangkan hak-hak ulayat tradisional dan otonomi local di Maluku, mempertahankan jatidiri di Bali. Kegiatan pendokumentasian video tersebut melibatkan partisipasi semua pihak.
Video Partisipatif sebagai bagian dari Citizen Journalism diharapkan mempermudah proses belajar yang bertujuan membangkitkan berbagai tindakan yang mampu menyuarakan kepentingan-kepentingan lokal yang belum ‘tersentuh’ oleh pihak luar. Keterlibatan masyarakat tidak hanya dalam menganalisa masalah yang dimunculkan, tetapi juga bagaimana tekhnis visual itu mampu dipahami secara sederhana namun inspiratif dan akhirnya melengkapi kualitas visual. Arahannya, bahwa film ini tidak akan terlepas dari ide dasar yaitu memberikan pengetahuan dan pemahaman ‘melek media’ bagi masyawarakt awam yang selama ini terpinggirkan dari konstruksi media mainstream.
Peresensi : Badrudin
Pegiat Combine Resource Institution
Terimakasih CRI telah merehal buku terbitan kami. Link tulisan kami lansirkan ke: http://blog.insist.or.id/insistpress/?p=12126&lang=id