Saya ingin menjelaskan bagaimana pengetahuan menjadi faktor penting dalam membangun organisasi. Informasi utama tulisan ini adalah penjelasan Idaman Andarmosoko pada Lokakarya Pengorganisasian yang diselenggarakan oleh Combine Resource Institution (28/7/2009).
Manajemen pengetahuan sendiri merupakan disiplin ilmu baru yang berangkat atas keyakinan bahwa pengetahuan, termasuk di dalamnya kemampuan untuk belajar, merupakan penggerak perubahan dalam masyarakat.
Pengetahuan, tepatnya intelektual, merupakan modal yang tidak kasat mata yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan. Dalam setiap organisasi ada dua kategori pengetahuan, yaitu pengetahuan individual dan pengetahuan sosial. Pengetahuan individu berupa pengetahuan eksplisit (pengetahuan sadar) maupun yang tacit (pengetahuan otomatis). Sementara itu, pengetahuan sosial terdiri atas yang eksplisit (pengetahuan objektif) dan yang tacit (pengetahuan kolektif). Modal intelektual akan lahir apabila organisasi mampu menciptakan, melakukan transfer, dan mengimplementasikan pengetahuan yang mereka miliki.
Dalam beberapa literatur yang saya baca, modal intelektual tersusun atas tiga komponen, yakni (1) seluruh atribut modal manusia (seperti intelektual, keterampilan, kreativitas, cara kerja); (2) modal organisasi (kekayaan intelektual, data-data proses-proses, budaya); dan (3) modal hubungan (seluruh hubungan dengan dunia luar sepertu konsumen, mitra, jaringan, kebijakan, dan lain-lain). Dalam gerakan sosial, modal intelektual dipahami sebagai nilai-nilai tersembunyi dari individu-individu, institusi-institusi, dan masyarakat serta wilayah yang merupakan sumber nyata maupun potensial bagi penciptaan nilai atau kesejahteraan.
Para pengelola organisasi harus menyadari bahwa individu atau oranglah–dan bukannya kas, bangunan, dan peralatan–yang merupakan faktor pembeda kinerja. Sayang faktor ini sering dikesampingkan karena pegiat organisasi masih terbelenggu oleh rezim manajemen dan akuntansi yang telah mengabaikan, menghindar, atau menunjukkan sikap remeh terhadap nilai dalam diri manusia. Sistem-sistem akuntansi yang sudah beroperasi lebih dari 500 tahun lebih ’memberi muka’ kepada investasi pada aset-aset berwujud atau fisik, seperti pabrik dan peralatannya. Jika manusia diperhitungkan, maka ia hanya dinilai tenaganya.
Manajemen pengetahuan adalah suatu disiplin ilmu yang memperlakukan modal intelektual sebagai aset yang harus dikelola (Honeycutt, 2000: 3). Manajemen pengetahuan mengubah pengalaman an informasi menjadi hasil. Oleh karena itu, manajer pengetahuan mengatur bagaimana memberikan informasi yang tepat kepada orang yang tepat pada saat yang tepat, menyediakan aalat-alat yang menganalisis informasi itu dan memberikan daya tanggap terhadap ilham yang mereka peroleh dari informasi tersebut.
Ingat, di balik karya-karya besar selalu ada ide dan kreativitas yang lahir dari pengetahuan manusia. Pembuatan Candi Borobudur, sistem pengairan subak di Bali, pembuatan pesawat terbang, dan masih banyak lagi keberhasilan yang diraih oleh masyarakat sebagai dampak dari modal intelektual yang mereka miliki.