MASALAH bahasa ternyata tak semudah yang diduga. Tak usah yang terlalu berat, masalah peluluhan saja masih sering keliru, terutama dalam tulisan. Terkait peluluhan huruf k,p,t,s pada awal kata dasar, masih saja ada yang menulis memertahankan, memertanyakan, ataupun memrihatinkan. Kata-kata ini tentu saja keliru karena yang benar adalah mempertahankan, mempertanyakan, dan memprihatinkan. Penjelasannya, huruf ”p” pada kata-kata itu merupakan bagian dari imbuhan (awalan) memper sehingga tidak diluluhkan. Kata mempertanyakan didahului bentuk bertanya. Sementara kata mempertahankan didahului bentuk bertahan.
Huruf yang diluluhkan adalah ”p” pada awal kata dasar, misalnya pengaruh menjadi memengaruhi, percaya menjadi memercayai, pikir menjadi memikirkan, pidana menjadi memidanakan, dan sebagainya. Kata memerhatikan pun keliru bila kita mengacu ke Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat yang menetapkan hati sebagai lema atau kata dasar untuk kata bentukan berhati(-hati), memperhatikan, ataupun perhatian. Kata memerhatikan hanya benar bila mengacu ke KBBI Edisi Ketiga yang mencantumkan lema perhati. Namun, atas masukan dari ahli bahasa, lema perhati dikembalikan ke hati seperti tercantum dalam KBBI IV.
Sementara kekeliruan kata memrihatinkan terletak pada peluluhan ”p” dalam gugus konsonan ”pr” (pada kata prihatin). Padahal Pusat Bahasa menetapkan tidak terjadi peluluhan pada gugus konsonan yang didahului awalan me- (dan variasinya). Kata dasar protes menjadi memprotes (bukan memrotes), kritik menjadi mengkritik (bukan mengritik), dan prihatin menjadi memprihatinkan (bukan memrihatinkan). Selain faktor morfologis, aturan ini juga mengacu pada kemudahan pengucapan. Mengucapkan memrihatinkan lebih sulit daripada memprihatinkan. Contoh lain adalah gugus ”st” pada kata menstabilkan dan menstandarkan.
Pemerian (deskripsi) tentang kata-kata itu perlu disampaikan agar masyarakat mengetahui pembentukan kata-kata itu secara benar. Kata pemerian merupakan sublema dari lema peri yang dalam konteks klasik berarti kata. Arti kata pemerian adalah penggambaran, penjelasan, atau penguraian unsur-unsur. Kata memerikan berarti mengatakan, menceritakan, melukiskan sesuatu, atau menguraikan unsur-unsur (KBBI IV halaman 1.055). Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengucapkan tak terperi. Artinya adalah tak terkatakan.
Beberapa waktu lalu saya menerima surat pemberitahuan tentang suatu seminar nasional di Jakarta. Di bagian bawah surat itu tercantum kata narahubung berikut nama dan nomor telepon genggam yang bisa dihubungi. Narahubung merupakan kata yang sama artinya dengan contact person, yakni orang yang siap dihubungi oleh calon peserta acara tertentu. Nara (dari bahasa Sanskerta) berarti orang. Kata narahubung ini merupakan pengindonesiaan yang baik, mengikuti bentuk yang sudah benar seperti narapidana dan narasumber. Kalau sudah ada narahubung, mengapa masih menggunakan contact person?
Sumber: Rubrik Bahasa diunduh pada 8 April 2010