Kekuatan perusahaan televisi ada di tangan pemirsanya. Banyak atau sedikitnya pemirsa sebuah tayangan menentukan angka rating. Angka rating menjadi dasar bagi para pemasang iklan. Sayang, hingga kini belum ada solidaritas yang kuat antarpemirsa televisi untuk bernegosiasi dengan pengelola stasiun televisi untuk menentukan program tayangan apa yang mereka kehendaki.
Untuk menggalang kekuatan pemirsa televisi dibutuhkan pendidikan melek media (media literacy). Melek media merupakan istilah yang digunakan untuk menunjuk suatu kemampuan masyarakat untuk mengakses, mengevaluasi pesan yang diinformasikan atau ditayangkan oleh media. Bila pemirsa mampu mencermati tayangan televisi secara kritis maka mereka bisa terlibat secara aktif mendorong adanya tayangan-tayangan yang bagus dan mendidik.
Mengapa melek media penting? Televisi mampu menyedot perhatian pemirsanya secara masif. Banyak penelitian yang menunjukkan jumlah jam menonton anak-anak telah melampaui batas jam menonton ideal. Rata-rata anak Indonesia menonton televisi sebanyak 35 jam per minggu, berarti sama dengan 1820 jam per tahun. Angka itu sangat fantastis bila dibandingkan dengan jam belajar anak sekolah dasar yang tidak melebihi 1000 jam per tahun. Apabila umlah jam menonton televisi lebih banyak dibanding jumlah jam belajar di sekolah, maka dikuatirkan proses pembentukan pola pikir, karakter, dan perilaku anak justru terbentuk melalui tayangan televisi.
Kondisi seperti ini menuntut peran aktif dari para pemirsa televisi. Kita sebagai pengguna media seharusnya dapat memilih dan meminta sajian yang bagus dan mendidik. Seperti yang dikemukaan pada awal tulisan, pemirsa adalah kekuatan inti dari dunia industri pertelevisian. Jangan sampai sajian infotainmen dengan informasi remeh-temehnya (banality) memperoleh rarting yang tinggi. Kita harus mengambil sikap kritis supaya tidak terbawa oleh kepentingan televisi yang memiliki kemampuan untuk membius, membohongi dan melarikan masyarakat pemirsanya dari kenyataan-kenyataan kehidupan sekelilingnya.
Sebagai simbol solidaritas kita, marikan matikan TV selama satu hari pada 24 Juli 2011. Mari menjadi pemirsa televisi yang cerdas!
____________________
Portal layanan: http://tanpatv.arsipku.net
Twitter: @matikanTV
Warna asli itu hanya dapat terjadi jika objek diirsani cahaya putih, jika cahayanya bukan putih maka warna objek menjadi tidak sesuai dengan aslinya. Dulu dipercaya ada lampu anti nyamuk yang warnanya kuning (spektrum natrium), tetapi jika indra nyamuk yang peka bukan matanya, melain antena penciumannya (seperti hasil penyelidikan Dr. Ir. Hermanu Triwidodo M.Sc. PhD maka cahaya (kuning) tak akan mempengaruhi indra nyamuk yang lebih peka terhadap bau. Jadi tak benar jika warna (baju/kulit/lampu) dapat menarik/menolak perhatian nyamuk. Bau-lah yang dapat menarik atau menolak nyamuk, bukan warna kulit.