Empat media komunitas di wilayah luapan Lumpur Lapindo, Sidoarjo, melakukan kerjasama perkawinan media. Cara ini dianggap mampu menutup keterbatasan setiap media komunitas akibat pilihan jenis media yang tunggal. Lewat perkawinan media, penyebarluasan aspirasi korban dan informasi bencana akibat kegagalan teknologi ini makin intensif.
Ide perkawinan media digagas pada pertengahan Mei 2009 lewat pertemuan media komunitas di Rumah Makan Hijau Kampung Nelayan, Sidoarjo (17/5). Pertemuan ini dihadiri oleh Radio Suara Porong (RSP), Kanal News Room (Porong), dan Sanggar Al-Faz. Ketiga media tersebut dikelola oleh para warga korban lumpur sebagai media memperjuangkan nasib mereka yang tak kunjung menemui jalan terang. Persekutuan tiga media komunitas di atas, dilengkapi dengan kehadiran Komunitas Video (Kopi) Permisan.
Setiap media memiliki keunggulan dan keterbatasan. Radio unggul dalam kecepatan dan komunikatif, tapi terbatas daya jangkauan. Buletin bisa bertahan lama, tapi periodisasi terbitnya cukup lama. Portal mampu menyebarkan informasi secara luas, tapi akses warga atas teknologi ini sangat terbatas. Bila perkawinan media terlaksana, keterbatasan jangkau pancar radio dapat ditutupi dengan pemberitaan lewat di portal. Sebaliknya, materi berita di portal dapat diubah menjadi berita audio yang disebarluaskan lewat siaran radio.
Cara ini juga menjadi siasat ampuh minimnya sumber daya di setiap media komunitas. Satu berita bisa dikemas dalam beberapa kemasan, seperti berita teks, berita audio, gambar bergerak, dan diunggah ke internet. Diseminasi informasi makin meluas sebab cara ini dapat menjaring konsumen dari pelbagai jenis media.
Tantangan terberat dalam perkawinan media adalah membangun kepercayaan antarpegiatnya. Selama tiga tahun, korban lumpur Lapindo tercerai-berai dan bekerja sendiri-sendiri. Tak heran bila mereka mudah menaruh curiga.
“Bibit kecurigaan tercipta akibat kinerja tim-tim penyelesaian ganti rugi yang sering mengambil tindakan sendiri. Mereka mengabaikan pendapat dan aspirasi warga. Bahkan, anggota tim juga sulit dimintai keterangan tindak lanjut kasus,” ujar Muhammad Irsyad, Ketua Sanggar Al-Faz, Besuki.
Perkawinan media lahir dari kesadaran bersama para korban akan pentingnya keterbukaan informasi. Apapun kegiatan yang dilakukan oleh setiap media bertujuan untuk memperjuangkan para korban lumpur Lapindo. Kesamaan tujuan ini menjadi modal kuat untuk meningkatkan kerja sama di masa-masa yang akan datang.
Agar perkawinan langgeng, hubungan antarmedia harus dilakukan secara terus-menerus. Hubungan tidak sekadar pelatihan bersama atau kepanitiaan, tapi juga pertukaran sumber daya. RSP memberikan waktu satu jam perminggu untuk program siaran bersama. Kanal News Room menyelenggarakan pelatihan internet setiap bulan. Bahkan, persekutuan ini melahirkan Radio Kanal Besuki Timur yang berdiri pada Januari 2010.
“Keuntungan terbesar dari perkawinan media adalah adanya ruang untuk berdiskusi dan pemasaran ide bersama. Saya tidak merasa sendiri lagi,” ucap Kaminah, pengelola RSP.
Semua kegiatan akan didokumentasian lewat teknologi video oleh Kopi Permisan. Pertengan 2010, film dokumenter jaringan komunikasi dan informasi berbasis komunitas di porong segera dirilis.
Yossy Suparyo, Staf Manajemen Pengetahuan COMBINE Resource Institution