Oleh: YPR
Berawal dari blusukan kampung selama 5 hari yang dilakoni sekitar 18 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Melbourne Australia, bulan Juli 2007 dengan para mentornya, Prof. Dr. Kim Dovey dan Pak Wing dalam rangka studi tentang permukiman informal di kampung kota Yogyakarta lahirlah sebuah ide untuk pengembangan ruang-ruang publik di Kampung.
Prosesnya tidak segampang membalik tangan. Lontaran ide untuk mempraktekan program intervensi keruangan datang belakangan setelah mereka kembali ke negara asalnya dan membuat kajian, penulisan dan pameran karya-karya mereka di Melbourne Australia. Hasil investigasi mereka terekam dalam buku berjudul EYES 2007 A collection of projects from the Faculty of Architecture, Building and Planing of the University of Melbourne, 2007. Ide apakah itu? Sederhana, memberikan stimulasi ide dan dana kecil untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam mengembangkan ruang publik, dalam hal ini perpustakaan komunitas di Sidomulyo, Bener, Tegalrejo, Yogyakarta.
Ini merupakan bentuk kolaborasi yang berkelanjutan berangkat dari perjumpaan singkat dan menghadirkan kerjasama. Pengurus kampung gembira menyambut tawaran ini, meski dengan dana minim. “Sing penting ana wujude, ora mung mak prung wis bar. Ora ana kabare meneh”. Sebuah peringatan bagi mereka yang kebanyakan hanya mampir tanpa meninggalkan jejak. Sebuah kritik sekaligus mencerminkan kenyataan perspektif masyarakat kini. Kehadiran temen-temen asing untuk belajar di kampung lebih mengena jika mampu memberi kontribusi bagi kampung meski sederhana, setidaknya ide dan pemikiran perubahan.
Sejak 21 Maret 2009, Kerja bareng itu tampak semarak dengan keluh kisah, cucuran keringan para tukang dan masyarakat Sidomulyo untuk mewujudkan gagasan mengembangkan “ruang publik kampung” bagi komunitas anak-anak, ibu-ibu dan kelompok dewasa lain melalui pembangunan perpustakaan kampung.
Ini juga tidak lepas dari respon terhadap kebutuhan akan ruang yang layak untuk pengembangan budaya literasi yang sudah mulai digulirkan pemerintah Kota Yogyakarta melalui program 1000 perpustakaan di setiap RW. Namun demikian program ini hanya akan menguap di udara, tanpa keterlibatan intensif dari masyarakat sendiri.
Rasanya, ada benarnya suatu argumen yang menyatakan bahwa hadirnya ruang dapat melahirkan kreativitas dengan catatan jika ruang itu benar menjadi pusat belajar, pusat aktivitas yang dinamis masyarakat. Selamat mewujudkan impian sebagai kenyataan warga Sidomulyo.
Sumber:
http://ypr.or.id/id/berita/perputakaan-sidolmuyo-perjumpaan-meng-hadir-kan-kerjasama-.html