Oleh Asnil
Andaikata kami tidak di kirim Buletin Kombinasi mungkin radio ini tinggal cerita”, kenang Muhammad Syairi, Sekteraris Radio Primadona, radio komunitas di kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat.
“Buletin Kombinasi yang membuat kami bertahan. Karena, buletin itu menceritakan bagaimana perjuangan radio komunitas (rakom) yang ada di Yogyakarta dan Bandung. Besar juga bantuan Kombinasi walau kita tidak pernah bertemu. Melalui Kombinasi kami bisa melihat rakom lain. Kami jadi tahu bahwa kami punya banyak teman seperjuangan. Itu membuat kami tetap bersemangat,” ujar Muhammad Syairi.
Radio yang berada di kaki Gunung Rinjani, tepatnya di Jalan Pariwisata 04 Ancak, Kecamatan Bayan ini merupa-kan rakom pertama di Kabupaten Lombok Barat, kini ada 17 rakom. Proses pendirian Radio Primadona–demikian mereka menamainya—tak lepas dari kemandirian komunitasnya. “Mereka sangat bagus. Masyarakatnya punya inisiatif untuk mendirikan rakom dan peralatan disumbang masyarakat,” ujar Ir. Muchlas Said, Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi Daerah (Inkomda) Kabupaten Lombok Barat. Radio Primadona mengudara sejak 28 Agustus 2002. Berawal dari obrolan melalui radio antar penduduk, rnereka lalu berkumpul dan sepakat mendirikan radio siaran. Radio memancar pertama kali dengan pemancar pinjaman tanpa menggunakan antena. Malam itu tepat pukul 00.00 WITA, siaran Radio Primadona berhasil menjangkau radius 300 meter. Esoknya warga berdatangan sambil membawa bambu, antena, kaset dan peralatan siaran lainnya ke studio. Pagi itu juga sekitar 50 orang membantu mendirikan tiang antena dari bambu.
Setelah siaran berjalan baik, baru kemudian mereka membeli pemancar seharga Rp 300 ribu. Saat masih asyik siaran, peralatan tersebut tiba-tiba rusak. Banyak warga mengira radio mereka rusak, sehingga mereka membawanya ke tukang service untuk diperbaiki. Padahal, pemancar Radio Primadona-lah yang rusak dan tak bisa siaran. Saat awal berdiri, di studio Primadona hanya ada lima kaset. Tapi enam bulan kemudian sudah ada lebih dari seribu kaset. Tak ada satu pun kaset yang beli karena semuanya merupakan pemberian dan pinjaman warga.
Berbagai cara dilakukan pengurus Primadona untuk menghidupi radionya. Selain menjual kartu pendengar seharga Rp 500 per lembar, mereka juga dapat dana dari pengumuman yang disiarkan di radio. Untuk empat kali baca pengu-muman, dikenai Rp 10.000. Dana juga didapat dari pengusaha lokal dalam kerja sama mengadakan berbagai lomba. Selain itu, Primadona juga menjual radio. Hasilnya, mereka bisa menjual lebih dari seratus unit. Uniknya, radio tersebut laris pada sore hari, bertepatan dengan siaran acara yang paling disukai warga Bayan yaitu Dongeng Sasak. Kesimpulan ini didapat dari pengamatan langsung dengan mendatangi rumah warga.
Menurut penelitian tersebut, Radio Primadona didengar oleh sekitar 10 ribu pendengar, termasuk dari Kabupaten Lombok Timur. Selain itu juga diketahui 75% warga Bayan telah punya radio. Ada radio yang didengar berlima, ada yang didengar 25 orang, saat mereka di tempat kerja. Bahkan ada juga warga yang mengikat radio di pinggangnya sambil membajak sawah.
Atas permintaan warga, siaran dimulai pukul 5 pagi sampai 12 malam. Sebelumnya, siaran dimulai pukul 8 pagi hingga 10 malam. Khusus Ramadhan, pengelola harus lembur untuk melayani warga. Radio hanya istirahat satu jam setiap hari. Mereka harus bangun lebih dulu dan tidur paling akhir.
Usai Ramadhan, masjid-masjid tetap merelai siaran Primadona. Takmir masjid tak kesulitan mengetahui waktu sholat. Di Kecamatan Bayan, ada sekitar 40 masjid dan 22 mushola yang merelai ceramah dari Radio Primadona. Primadona juga ikut menekan angka perceraian. Di Kecamatan Bayan, angka perceraian sangat tinggi terutama saat paceklik. Melalui acara Jendela Keluarga, Radio Primadona memberikan ruang bagi warga untuk menyampaikan masalah keluarganya. Karena budaya setempat membuat perempuan tertutup, maka melalui acara radio tersebut para ibu bisa leluasa mengungkapkan perasaannya sehingga bisa didengar suami mereka. Turunnya hambatan komunikasi, menyebabkan keluarga di komunitas tersebut menjadi lebih bisa saling memahami. Sehingga, angka perceraian jauh berkurang.
Selain itu, salah satu program informasi Radio Primadona berbentuk sekilas info. Info disampaikan langsung dari lapangan dengan handy talkie (HT). Dengan demikian, informasi yang disampaikan bisa cepat didengar warga. Beberapa kali Radio Primadona ikut membantu mencari orang hilang atau tewas saat mendaki Gunung Rinjani. Primadona juga membantu warga bisa lebih cepat menerima informasi dari pemerintah setempat. Pemilihan kepala dusun dan upacara adat pun disiarkan.
Radio Primadona juga tak mengabaikan soal pendidikan. Mereka bekerja sama dengan lembaga pendidikan setempat. Bahkan ada kepala sekolah yang memberi peralatan tambahan agar Radio Primadona bisa menyiarkan secara langsung cerdas cermat atau acara lain di sekolah.
Suatu ketika Radio Primadona membuat acara untuk murid TK. Saat itu, TK tersebut hanya punya 15 murid. Setelah acara tersebut disiarkan, para guru mengaku kelebihan jumlah murid. Karena, para orang tua berebut memasukan anaknya ke TK agar bisa bernyanyi di radio. Kini, TK tersebut telah memiliki 50 murid.