Saluran Informasi Akar Rumput (SIAR)

Mencatat Sejarah Media Di Indonesi

Ruang seminar Jakarta Media Center d kawasan Kebon Sirih, Jakarta, mulai dipadati oleh para tamu yang menghadiri Launching Saluran Informasi Akar Rumput (SIAR): Kantor Berita Media Komunitas pada tanggal 6 Maret 2006. Walaupun nampak sederhana, launching ini menandai langkah penting dalam dunia media di Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Bimo Nugroho dari Komisi Penyiaran Indonesia, bahwa SIAR bisa menjadi wadah gerakan masyarakat untuk melakukan proses diseminasi informasi yang dari akar rumput. Selama ini derasnya informasi hanya datang dari para pemodal besar, pemerintah atau institusi kuat lainnya. Padahal penyiaran komunitas yang marak sejak reformasi sebenarnya mempunyai posisi sangat penting untuk masyarakat Indonesia yang semakin tergerus arus globalisasi dan kapitalisme.  Teknologi penyiaran komunitas bisa digunakan untuk menyambung kembali ikatan-ikatan sosial yang tanpa henti tergerus ini.  Kantor berita media komunitas seperti SIAR akan dicatat oleh sejarah jika bisa bertahan dan tetap konsisten memberikan informasi yang bolak balik, artinya tidak satu arah.

Launching SIAR ini dibuka dengan seminar bertema ““Peran Media Komunitas di Tengah Sentralisasi Politik Penyiaran”. Pembicara yang hadir pada seminar ini adalah  James Pardede dari Depkominfo, Bimo Nugroho dari Komisi Penyiaran Indonesia, Shita Laksmi dari Tifa Foundation dan juga selaku pengamat radio komunitas di Indonesia, dan Bowo Husodo dari Jaringan Radio Komunitas Indonesia.

James Pardede dari Depkominfo mengawali diskusi ini dengan memaparkan kebijakan pemerintah mengenai spektrum radio yang adalah sumber daya terbatas sehingga harus ada pengaturan. Pada sisi inilah pemerintah akan mengatur alokasi frekuensi bagi dunia siaran radio, sementara kelayakan administrasi dan isi diserahkan pada Komisi Penyiaran Indonesia. Mengapa frekuensi harus diintervensi? Oleh karena ini adalah ranah publik dan juga menyangkut konvensi internasional.  Intinya James Pardede mengatakan bahwa perizinan radio komunitas bukanlah monopoli pemerintah, melainkan kerja sama dengan KPI. Pemerintah hanya mengurusi bidang kelayakan teknis, dalam hal ini salah satunya adalah frekuensi.

Paparan James Pardede langsung ditanggapi oleh Bimo Nugroho dari Komisi Penyiaran Indonesia yang mengatakan bahwa dalam menerapkan aturan sering kali pemerintah tidak konsisten. Misalnya Voice of America yang dalam peraturan tidak boleh bersiaran tetap saja bisa didengarkan tanpa memperoleh teguran apapun dari pemerintah. Sementara radio komunitas banyak yang di sweeping. Artinya aturan yang dibuat oleh pemerintah hanya hipokrisi saja.  Bowo Husodo dari Jaringan Radio Komunitas Indonesia menyarikan kembali pernyataan Bimo Nugroho bahwa intinya dibutuhkan peraturan berkeadilan yang memihak pada kepentingan rakyat. Saluran Informasi Akar Rumput yang mengkombinasikan teknologi radio dengan internet bisa menjadi  terobosan baru untuk memecahkan persoalan eksistensi radio komunitas yang masih terombang ambing dengan PP lembaga penyiaran komunitas yang sangat menghambat pertumbuhannya. (Ad)

Ketika petani boleh SMS Pak Menteri
Bertempat di ruang Pola Departemen Pertanian (Deptan), tanggal 6 Maret 2006 lalu, Menteri Pertanian Anton Apriyantono meluncurkan Pusat Layanan Informasi berbasis SMS atau (Short Messaging Sevice Center) dengan nomor 0813-8303-4444. Program ini dimaksudkan agar masyarakat luas khususnya para petani dapat bertanya langsung melalui SMS ke Deptan tentang berbagai hal yang terkait dengan pertanian.

Mentan mencontohkan para petani yang memiliki telepon seluler atau handphone (HP) bisa langsung bertanya mengenai harga pupuk dan harga komoditas di beberapa daerah sehingga mereka bisa menentukan kemana hasil produksinya akan dijual. “Sekarang ini sudah banyak petani yang memiliki ponsel,” kata Mentan, “Sebelum ada SMS center, mereka mengirim SMS langsung ke ponsel pribadi saya. Sehari paling tidak terdapat sekitar 50 SMS,” ungkapnya.

Langkah peluncuran SMS Center diikuti dengan program pelatihan bagi para petugas unit eselon II yang ada dilingkup Deptan. Tak kurang dari 40 petugas akan siaga setiap hari pada jam kerja untuk menerima dan menjawab SMS dari masyarakat. Untuk sementara, SMS Center ini masih memakai nomor biasa namun dalam waktu mendatang akan diganti dengan nomor empat digit.

Tawaran simpatik Deptan ini rupanya mendapat respon dari berbagai kalangan, bukan dari para petani saja. Direktorat Jenderal Peternakan misalnya, langsung diserbu SMS yang menanyakan masalah seputar wabah Flu Baring. Untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut, Direktorat Jenderal Peternakan kemudian mengembangkan layanan lain di situs internet yang beralamat di http://ai.ditjennak.go.id/ dan SMS gateway di 08176677161.

(Rhm sumber: http://www.depkominfo.go.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud