Oleh Mulya Amri
Soal teknologi, siapa bilang orang desa telmi (telat mikir)? Salah satu contohnya ketika ngobrol dengan kelompok nelayan di Jawa Tengah, kami bercerita bahwa sekarang sudah ada teknologi yang bisa menunjukkan arah pergerakan ikan sehingga posisi ikan pada suatu waktu dapat kita ketahui. Kalau bisa mendapatkan informasi itu, tentu pekerjaan nelayan lebih mudah karena tidak perlu hilir-mudik mencari kawasan yang banyak ikannya. Dan untungnya, di masa sekarang ini informasi yang terkait dengan kebutuhan nelayan dan banyak ragam informasi lainnya tersedia di internet. Asik sekali pembicaraan sore hari itu, diselingi kopi panas dan ubi rebus. Di penghujung pertemuan, seorang nelayan balik bertanya: “sudah ada belom teknologi yang bisa menggiring ikan ke perahu kita?” Gantian kami yang terbengong-bengong. Wah, nelayan ini malah berpikinya sudah selangkah lebih maju!
Teknologi Baru = Alat Bantu Baru
Teknologi itu alat. Mau dipakai untuk apa, ya tergantung yang memakai. Dan kalau kebutuhannya jelas,orang desa pun tak akan ragu mencoba belajar, bahkan berinvestasi membeli teknologi baru. Ini umum terlihat dalam hubungan antara teknologi transportasi dan ekonomi lokal. Misalnya, di beberapa kota sudah ada mbok jamu yang berkeliling menjajakan dagangannya menggunakan motor bebek. Tukang roti pun kini banyak yang menggunakan mobil, padahal dulu umumnya hanya menggunakan sepeda. Dalam hal nelayan teman kita di atas, dia menyatakan bersedia membeli alat yang bisa menggiring ikan ke perahunya, kalau ada (dan tentunya kalau tidak mahal)!
Sebenarnya tidak sulit untuk memperkenalkan teknologi (baru) pada masyarakat desa, atau masyarakat miskin. Kuncinya dimulai dari persoalan yang ingin dipecahkan. Teknologi, atau alat, dipilih tergantung dari persoalannya. Sebenarnya teknologi alternatif justru tercipta dari kebutuhan masyarakat itu sendiri. Sebagaimana diakui oleh Michael Storper, profesor ekonomi-geografi dari London School of Economics, temu-muka (face-to-face contact) pun suatu teknologi komunikasi yang sangat efektif, dan (masih) merupakan unsur penting dari aktivitas ekonomi perusahaan-perusahaan besar di dunia saat ini.
Masalahnya sekarang, teman-teman di desa belum banyak kenal teknologi baru dalam bidang informasi dan komunikasi, khususnya yang berhubungan dengan komputer dan internet. Bidang ini berkembang sangat cepat, bahkan hampir tiap saat ada perkembangan terbaru. Jangankan masyarakat desa, para pengamat dan pekerja teknologi informasi pun kewalahan mengikutinya. Tentu kami tidak berharap masyarakat desa mau, tertarik, atau punya waktu untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi setiap saat. Tapi di antara berbagai teknologi baru itu, banyak yang sebenarnya bisa dimanfaatkan masyarakat desa untuk mengatasi persoalannya. Di sinilah mengapa perlu juga kita sekali-sekali membahas beberapa teknologi baru; karena kalau masyarakat desa tidak tahu teknologi apa yang tersedia, bagaimana mereka bisa tahu apa yang bisa dimanfaatkan dan apa yang tidak?
Kekuatan Internet
Internet adalah “jaringan” yang menghubungkan banyak komputer di dunia. Bayangkanlah beberapa komputer di sebuah ruang kelas yang saling terhubung dengan kabel. Dengan kabel itu, komputer yang satu bisa melihat dokumen-dokumen yang ada komputer lain, dari komputernya sendiri! Kalau komputer satu digunakan oleh guru biologi untuk menyimpan dokumen-dokumennya, dan komputer yang lain digunakan oleh guru fisika, maka guru biologi jadi dapat belajar fisika, dan sebaliknya. Nah, sekarang bayangkan kalau ratusan juta komputer di seluruh dunia terhubung dengan cara ini. Tentu banyak sekali dokumen yang bisa kita baca/lihat/dengar. Hampir semua informasi bisa dicari di internet. Tinggal tanya saja: Anda butuh informasi apa? “Komputer siapa” yang mau Anda buka hari ini? Lembaga pemberi modal? Dokter? Guru? Calon pembeli? Ahli pertanian? Atau sesama petani? Selain tempat mencari informasi, internet juga memungkinkan sesama pengguna komputer saling berkomunikasi. E-mail (surat elektronik) memungkinkan sebuah surat diketik dari sebuah komputer di Sabang, lalu setelah memencet suatu tombol surat itu pun “terkirim,” dan dalam beberapa detik sudah bisa dibaca dari sebuah komputer di Merauke. Hemat waktu dan uang! Melalui Internet dua orang atau lebih juga bisa saling melihat dan mendengarkan pada saat yang sama. Fasilitas ini namanya teleconference (konferensi jarak jauh).
Apa manfaat tele-konferensi bagi masyarakat desa? Dr Ashok Jhunjhunwala dari India bercerita bahwa banyak orang di negerinya, khususnya di pedesaan, mengalami sakit mata. Teleconference memungkinkan dokter mata dari sebuah rumah sakit di kota “memeriksa” pasiennya di desa terpencil. Pasien tinggal menghadapkan matanya ke sebuah kamera kecil di kios internet di desanya, dan sang dokter saat itu juga melakukan pemeriksaan dan memberi resep serta saran-saran. Obat dibawa oleh petugas kesehatan puskesmas saat kunjungan selanjutnya. Teknologi ini dimanfaatkan juga oleh petugas penyuluh pertanian dan dokter hewan (untuk memeriksa tanaman dan ternak yang sakit). Saran-saran dari penyuluh pertanian dan dokter hewan biasanya cukup manjur untuk menyembuhkan penyakit tanaman dan ternak dalam hitungan hari.
Di Indonesia juga mulai bermunculan lembaga-lembaga yang menyediakan layanan informasi bagi pengusaha kecil. Departemen Pertanian, misalnya, memberikan fasilitas iklan baris dan wahana perkenalan calon penjual-calon pembeli (difokuskan untuk usaha kecil-menengah) melalui internet. Selain itu, banyak juga informasi yang berguna untuk tujuan pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional, melalui situs Internet Pustekkom, menyediakan banyak alat bantu pengajaran yang bisa digunakan oleh guru-guru di pedesaan. Sebuah inisiatif nonpemerintah dan nonswasta, ilmukomputer.com, menyediakan banyak informasi dan materi, termasuk forum diskusi, untuk belajar hal-hal yang berhubungan dengan komputer. Semua layanan ini gratis! Tinggal apakah mau kita manfaatkan atau tidak?
Teknologi Baru, SiapaTakut?
Seperti kami jelaskan di awal tulisan, untuk urusan teknologi informasi masyarakat desa tidak telmi! Mungkin kondisi yang lebih tepat adalah “telat mengenal.” Tapi soal pemanfaatan? Justru orang desa tahu banyak hal karena merekalah yang paling mengerti kebutuhannya sendiri. Penggunaan teknologi tanpa tahu buat apa adalah buta. Sedangkan penyelesaian masalah tanpa memakai alat bantu (teknologi) yang tepat adalah pincang. Kita sudah lumayan tahu apa masalah dan potensi kita. Banyak alat bantu sosial telah diperkenalkan untuk itu. Sekarang, yuk kita lebih mengenal berbagai teknologi yang bisa membantu kita menyelesaikan masalah dan meningkatkan potensi bersama! Teknologi baru, siapa takut?***