0leh Afrizal
“Lakukanlah, jika itu memang berguna untuk kamu, keluarga dan orang banyak…”
Setahun sudah berlalu sejak tsunami meluluhlantakkan Aceh. Aceh kembali bangkit perlahan membenahi diri dengan rekonstruksi yang didukung oleh berbagai pihak. Tak bisa ditawar lagi, pembangunan di Aceh mutlak melibatkan peran masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan ruang untuk suara masyarakat Aceh.Ruang inilah yang sudah diupayakan di Meunasah Gampong Punge Ujong, Kecamatan Meuraxa. Sejak 27 Agustus 2005, LGSP-USAID bersama para keucik/lurah, dinas-dinas di lingkungan Pemerintah Kota Banda Aceh, lembaga-lembaga donor internasional, NGO, dan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) menyepakati pembentukan Forum Komunikasi Bersama Meuraxa. Forum ini merupakan wahana komunikasi dan koordinasi bagi para pelaku yang tengah melakukan proses rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah Kecamatan Meuraxa. Juga, memastikan agar kebutuhan dan kehendak masyarakat dapat dipadukan dengan program yang tengah dijalankan pemerintah, NGO, dan lembaga-lembaga donor
Kecamatan Meuraxa merupakan kecamatan terluas di wilayah Kota Banda Aceh yang mengalami kerusakan paling parah. Pemerintah dan banyak lembaga donor serta LSM telah terjun ke daerah ini melakukan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Akan tetapi, pola koordinasi antarpelaku amat rendah, sehingga terjadi tumpang tindih program dan kegiatan di beberapa lokasi, termasuk munculnya praktik ‘pengaplingan wilayah’ oleh beberapa donor dan LSM. Akibatnya cukup fatal, misalnya dalam program pembangunan perumahan di beberapa desa telah muncul kecemburuan baik di antara warga satu desa maupun antara desa satu dengan desa lainnya. Ini dikarenakan disain dan material rumah yang dibangun amat beragam.
Dengan terbentuknya Forum Meuraxa (KORREXA= Komite Rehabilitasi dan Rekonstruksi Meuraxa) maka mempermudah warga Meuraxa untuk mengelola dan mengakses informasi apa saja sehubungan dengan rekonstruksi Aceh khususnya pembangunan di daerah mereka. Forum ini adalah salah satu kegiatan masyarakatyang di dukung oleh banyak pihak yang bertujuan meningkatkan koordinasi antar-pihak dan melibatkan masyarakat dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh.Kegiatan ini merupakan salah satu komponen inisiatif pembangunan masyarakat terpadu multidonor di Meuraxa.
Partisipasi Warga Luar Biasa
Hal yang menarik adalah partisipasi masyarakat Meuraxa yang cukup tinggi dan sadar akan pentingnya media informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi di lingkungan mereka. Pembentukan Media Center yang beralamat di Jl Sultan Iskandar Muda, Meuraxa merupakan wujud dari semangat tersebut. Media Center yang berbentuk bangunan sederhana bantuan dari World Vision sekarang menjadi tempat aktivitas warga untuk mengelola informasi. Bila kita masuk ke sana, kita akan melihat sederetan publikasi dan sosialisasi program serta hasil dan capaian yang sudah di lakukan berikut juga kendalanya. Media Center juga difungsikan sebagai tempat pertemuan warga.
Sayangnya, informasi yang tersedia di Media center selama ini hanya dapat di akses apabila warga datang ke tempat tersebut saja. Hal ini tentunya terkendala dengan aktivitas keseharian warga. Dengan difasilitasi oleh beberapa lembaga seperti UNDP, LGSP, MS Aid, ARRNET (Aceh Reconstruction Radio Network), dan warga mulai menggagas dan membentuk beberapa media alternatif untuk menyebarluaskan informasi yang tersedia di Media Center tersebut. Ada beberapa jenis media yang direncanakan seperti buletin, website dan radio komunitas. Namun untuk saat ini yang dirasa efektif dan sesuai adalah media radio. Ini dengan pertimbangan radio adalah media auditif yang murah dan gampang di akses oleh warga di mana dan kapan saja. Saat ini ARRNet (Aceh Reconstruction Radio Network) sedang memfasilitasi pengembangan dan melakukan proses pendampingan terhadap pembentukan beberapa radio komunitas di NAD. Pengorganisasian masyarakat dianggap perlu untuk mengelola radio komunitas tersebut, karena media ini nantinya akan dikelola sendiri dari, oleh dan untuk mayarakat sendiri.
ARRNet juga memfasilitasi training tentang radio komunitas untuk warga Meuraxa yang berasal dari berbagai desa di Kecamatan Meuraxa. Semangat partisipasi aktif perwakilan desa tersebut yang terdiri dari muda-mudi yang notabene adalah korban tsunami yang kehilangan anggota keluarga dan kehilangan harta benda sangat luar bjasa. Ada sekitar 15 orang pemuda-pemudi yang aktif mengikuti pelatihan radio komunitas tersebut. Yang luar biasa dari 15 orang tersebut hanya 2 orang saja pihak laki-laki, selebihnya adalah kaum perempuan. Beberapa di antara mereka terpaksa tidak melanjutkan lagi studi mereka karena keterbatasan biaya.Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,mereka membuat kue untuk kemudian dijual melalui toko/warung yang ada di Kecamatan Meuraxa.
Sebut saja misalnya Rora, seorang gadis berusia 24 tahun yang berasal dari Desa Punge Jurong, salah satu desa dari 12 desa yang ada di Kecamatan Meuraxa ini tidak dapat lagi melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Namun semangatnya untuk bangkit tidak pernah luntur. Keikutsertaannya untuk belajar bersama dengan teman-temannya yang lain dalam pelatihan radio komunitas itu setidaknya menjawab keinginannya untuk dapat terus mengembangkan potensi yang ada pada dirinya walaupun harapannya untuk kuliah sampai detik ini tidak pernah luntur.
Maka tidak heran, saat pihak UN (United Nation) berkunjung untuk melihat aktivitas mereka yang sedang mengikuti pelatihan radio komunitas itu, sempat mengajukan pertanyaan kepada mereka kenapa mereka tertarik dan berminat untuk mengikuti pelatihan tersebut.Pertanyaan yang ditujukan ke Rora itu dijawab dengan sangat sederhana olehnya: “Kata ibu saya, lakukanlah.., Jika itu memang berguna untuk kamu, keluarga dan orang banyak” Kata-kata ibunya itu terus diingat dan diimplementasikan dalam kehidupannya.
Rora, adalah satu contoh dari sekian banyak nnasyarakat Aceh yang ingin bangkit kembali dari bencana dahsyat tersebut. Kehadiran ruang publik seperti forum komunikasi dan media center Kecamatan Meuraxa membawa perubahan yang sangat berarti bagi pembangunan di segala bidang wilayah itu. Setidaknya ketersediaan informasi untuk kebutuhan informasi warga mulai terpenuhi. Kehadiran radio komunitas yang akan mengudara di Meuraxa nantinya juga diharapkan akan mempermudah proses penyebaran informasi tersebut.Tanggung jawab itu sekarang ada di pundak Rora dan teman-temanya yang lain, juga masyarakat Meuraxa pada umumnya. Merekalah yang akan menentukan nasib mereka sendiri. Merekalah yang akan berperan dalam pembangunan wilayah mereka sendiri. Bersama-sama dengan ‘ pihak LSM, lembaga donor, pernerintah daerah dan pihak-pihak lain.
Kehadiran radio komunitas sebagai media warga Meuraxa pun nantinya diharapkan dapat menjadi tempat pertukaran dan penyebaran informasi secara cepat dan tepat kepada masyarakat komunitas guna mendukung proses rekonstruksi, pelestarian nilai-nilai kearifan lokal,hiburan “ubat hatee” dan wadah partisipasi, pengembangan potensi dan aktualisasi kreatifitas dalam berekspresi dan berbuat yang terbaik untuk Aceh. Semoga..!.