BENCANA: Hampir seluruh kawasan Sumbar rawan bencana alam, menyebabkan nyawa melayang dan timbulnya kerugian material. Kamis kemarin, sebuah rumah di Gunung Rajo tertimbun, lima penghuninya tewas. Sejumlah rumah di kawasan tersebut juga terancam.
Padang, Padek– Bencana alam dan Sumatera Barat tidak bisa dipisahkan, karena hampir seluruh daerah rawan dengan bencana alam. Bencana bukan hanya karena kondisi geografis seperti terletak di jalur gempa, atau dekat dengan pantai. Bencana juga dipicu ulah manusia, karena tidak ramah lingkungan. Banjir, menjadi bencana yang paling sering melanda sebagian besar kawasan Sumbar. Dalam catatan koran ini dan data pemerintah, di tahun 2007 saja tercatat 22 kali, tahun 2006 tercatat 185 kali, dan awal 2008 bencana banjir sudah dua kali terjadi.
Sedangkan untuk bencana longsor dan gempa, juga mendominasi. Di tahun 2007 terjadi longsor sebanyak 11 kali dan tahun 2008 kejadian longsor terjadi di Tanahdatar Rabu (12/3). Data Badan Kesbanglinmas Sumbar sejumlah daerah memang langganan sejumlah bencana. Untuk Kota Padang rawan terhadap banjir, tanah longsor, gempa dan tsunami, angin putting beliung dan abrasi pantau. Untuk Padangpanjang rawan terhadap tanah longsor, letusan gunung api, gempa. Untuk Kota Solok rawan banjir dan gempa. Untuk Bukittinggi rawan banjir, gempa bumi, tanah longsor. Untuk Kota Sawahlunto berpotensi terjadi banjir, tanah longsor, angin puting beliung dan gempa.
Di Payakumbuh rawan terhadap banjir, tanah longsor, angin puting beliung dan gempa. Di Kota Pariaman rawan banjir dan gempa, untuk Pasaman berpotensi banjir, longsor, angin puting beliung dan gempa. Sedangkan untuk Pasaman Barat rawan terhadap banjir, longsor, abrasi pantai, angin puting beliung. Di Tanahdatar rawan longsor, galodo, gempa bumi, angin putting beliung, banjir dan letusan gunung api. Di Kabupaten Pesisir Selatan rawan terhadap abrasi pantai, gempa bumi, banjir, angin puting beliung. Di Sawahlunto Sijunjung berpotensi banjir, longsor, gempa bumi dan angin puting beliung. Di Kabupaten Solok juga sering terjadi banjir, tanah longsor, angin puting beliung dan gempa, letusan gunung api dan galodo.
Di Solok Selatan rawan terjadi banjir, longsor dan angin puting beliung. Di Padangpariaman rawan banjir, longsor, gempa bumi dan angin puting beliung, di Limapuluh Kota rawan terhadap banjir, tanah longsor, angin putting beliung. Di Dharmasraya rawan terhadap banjir, tanah longsor. Di Agam rawan terhadap banjir, tanah longsor, gempa, angin puting beliung dan abrasi pantai. Sedangkan di Kepulauan Mentawai rawan bencana gempa bumi dan abrasi pantai.
“Hampir semua kawasan ini umumnya terjadi bencana. Ibaratnya Sumbar ini etalase bencana. Apapun bencananya terjadi di Sumbar. Mulai dari banjir, gempa, longsor, angin puting beliung, letusan gunung api, abrasi pantai,” kata Kepala Badan Kesbanglinmas Sumbar Syofyan didampingi Kabid Penanggulangan Muchrir Moesa kepada Padang Ekspres kemarin. Dikatakannya, untuk banjir sendiri paling sering terjadi di Agam, Pesisir Selatan, Padang dan Padangpariaman. Sedangkan untuk longsor menjadi langganan di Agam, Padang, Padangpariaman dan Tanahdatar. Diakuinya hampir dua tahun terakhir kejadian bencana terus mengalami peningkatan. Terlebih lagi dengan kejadian gempa yang melanda hampir kawasan Sumbar sejak Maret 2007 lalu.
Mengingat besarnya potensi bencana di kawasan Sumbar, Syofyan selalu meminta agar setiap Satuan Pelaksana (Satlak) Penanganan Bencana di masing-masing kabupaten/kota selalu siap siaga dan cepat tanggap terhadap setiap perkembangan kondisi alam. “Kalau sudah hujan tiga hari berturut-turut maka Satlak siap siaga untuk hal ini dan cepat tanggap terhadap setiap perkembangan gejala alam tersebut,” kata Syofyan. Syofyan juga meminta agar masyarakat juga peka terhadap perkembangan cuaca yang terjadi belakangan ini. Jika memang hujan berturut-turut selama tiga hari, maka daerah yang rawan longsor dan banjir harus waspada.
“BMG selalu berkoordinasi dengan Satkorlak untuk memberikan perkembangan kondisi cuaca di daerah kita. Biasanya setiap kondisi yang membahayakan kita akan menyurati masing-masing kabupaten/kota untuk waspada,” tambah Syofyan. Kepala Statiun Badan Metreologi Geofisika Tabing Padang Emrizal mengungkapkan bencana yang terjadi akhir-akhir ini akibat fenomena cuaca yang mengalami pancaroba. Masa pancaroba ini memang kerap terjadi beberapa cuaca alam yang buruk. Hingga sekarang hujan terus mengguyur. Namun cuaca mendung yang tidak terlalu cepat menurunkan hujan. Kota Padang banyak diguyur hujan di sore hinnga malam hari.
“Kini angin dari kawasan laut Pasifik lebih tinggi. Beruntung saja tidak mengakibatkan hujan yang sporadis. Peluang hujan akhir-akhir ini memang tinggi. Diprkirakan hingga tiga hari kedepan hujan terus mengguyur Kota Padang, Sumbar umumnya. Curah hujan yang turun di akhir-akhir ini hanya sekitar 50 milimeter per hari. Curah hujan seperti ini terlalu mengancam,” katanya. Emrizal menambahkan, peluang hujan yang terjadi di Kota Padang dari sore hingga malam hari. “Kendati tingkat hujan tidak terlalu sporadis, masyarakat mesti waspada juga. Saudara di kita Batipuh baru saja dilanda. Ini bukti bencana tidak bisa diterka. Akan tetapi prediksi harus diketahui juga,” ingatnya.
Perda Konstruksi Mendesak
Mengingat rawannya bencana, Pemprov Sumbar akan menyiapkan Peraturan Daerah (Perda) tentang konstruksi bangunan. Saat ini, Pemprov sedang menyiapkan draf rancangan Perda yang sudah diserahkan ke DPRD. Aturan ini mendesak dibuat untuk meminimalisir korban jiwa dan harta akibat bencana.
“Kita sudah buat draf rancangan perda ini dan sudah diserahkan ke DPRD. Kita juga sudah mengirimkan mengirimkan surat ke kabupaten/kota se-Sumbar untuk membuat standar kelayakan konstruksi dan instalasi,” kata Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi kepada Padang Ekspres kemarin. Menurut Gubernur ada dua hal yang harus dicermati untuk meminimalisir korban dan kerugian baik individu mampun lembaga-lembaga pemerintah. Untuk itu perlu dibuat standar kelayakan konstruksi bangunan yang dibuat masing-masing kabupaten/kota.
“Kita ini sebagai daerah yang rawan terhadap bencana. Makanya kita harapkan masing-masing kabupaten/kota menyikapinya. Soalnya korban jiwa akibat bencana gempa bumi dan sebagainya lebih besar dikarenakan tidak layaknya konstruksi bangunan dan arus pendek listrik,” kata Gamawan lagi. Masing-masing kabupaten/kota juga perlu memperhatikan soal izin mendirikan bangunan (IMB). Dalam pemberian IMB perlu diperhatikan kelayakan konstruksi bangunan baru bisa diberikan jika sudah benar-benar dihitung kelayakan konstruksinya. Sedang untuk bangunan yang sudah lama berdiri, perlu dilakukan audit konstruksi dan instalasinya.
Perda konstruksi dan instalasi penting untuk Sumbar, terutama di daerah-daerah yang rawan bencana, seperti gempa longsor dan sebagainya. Kelayaakn kostruksi diharapkan bisa meminimalisir kerugian dan korban akibat reruntuhan bangunan dan arus pendek instalasi listrik. Dalam Perda itu instalansi akan dirumuskan intslansi listrik yang dibolehkan maksimal hanya berumur 10 tahun. Menurut ahli listrik, kutip Gamawan, instalasi listrik hanya bertahan baik sampai berusia 8 tahun. (mg7/afi)