Oleh Asnil
Ada yang unik di Kabupaten Lombok Barat. Seorang ahli peternakan membidangi informasi dan komunikasi. Namanya Ir. Muchlas Said. Pria kelahiran Mojokerto,Jawa Timur 19Juni 1950 ini, lulus SMA 3 Yogyakarta tahun 1968. Lalu kuliah di Fakultas Peternakan UGM. Tahun 1976 Muchlas bekerja di Dinas Peternakan Propinsi NTB. Pada 1989 menjabat Kepala Dinas Peternakan Lombok Barat. Lalu 2001 rnenjadi Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi Daerah (Inkomda) Kabupaten Lombok Barat.
Bagi Muchlas, Inkomda harus bisa mengelola informasi dan komunikasi, sehingga butuh orang kreatif dan tidak malu belajar hal baru. Menyadari kurang pengalaman di bidang informasi justru memacu semangat kerjanya. Dia rajin diskusi dengan takoh masyarakat dan pegiat LSM. Banyak hal didapat dari rangkaian diskusi tersebut. Tercetuslah program membentuk simpul informasi di kecamatan yang kemudian bernama Jaringan Informasi dan Komunikasi Lombok Barat (]arinkobar). Jarinkobar melibatkan pemerintah yang diwakili juru penerang dan fasilitator desa dari LSM. Gabungan berbagai unsur tersebut bertujuan untuk melancarkan komunikasi dua arah antara pemerintah dan warga. Diharapkan warga menjadi berani berpendapat tentang masalah di kecamatan. Kemudian Inkomda akan meneruskannya kepada bupati secepatnya. Demikian sebaliknya.
Di bawah kepemimpinan Muchlas, Inkomda Lombok Barat berhasil irienjernbatani hambatan komunikasi antara warga dengan pemerintah. Melalui Jarinkobar, sebanyak 15 kecamatan di Kabupten Lombok Barat terhubung dengan radio komunikasi jenis very high jrequency (VHF). Dengan alat ini mereka bisa berkomunikasi langsung pada petugas Kantor Inkomda Lombok Barat. Tiap hari petugas di kecamatan menyampaikan informasi, lalu petugas di Inkomda akan mencatat dalam buku khusus. Catatan ini selanjutnya diolah dan disampaikan pada instansi terkait. Sebaliknya, jika ada informasi dari pemerintah yang perlu disampaikan pada warga, petugas Inkomda menghubungi petugas Jarinkobar di kecamatan. Mereka inilah yang kemudian menyebarluaskan pada warga setempat.
Tapi sering petugas Jarinkobar kecamatan kesulitan menyampaikan informasi pada warga. Karena warga yang punya radio komunikasi VHF sangat sedikit. Mendatangi warga ke rumah juga tak mudah mengingat lokasi mereka yang tersebar dalam wilayah cukup luas. Akibatnya, informasi sering terlambat.
Inilah latar belakang munculnya gagasan mendirikan rakom di Lombok Barat. Melalui rakom, informasi bisa lebih cepat tersebar karena kebanyakan warga punya radio. Muchlas kemudian mengusulkan pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lombok Barat untuk mengembangkan rakom. Dan DPRD menyetujuinya.
Maka Muchlas, didampingi sejumlah stafnya, melakukan studi banding ke rakom di Bandung dan Yogyakarta. Sepulang dari studi banding, Muchlas langsung memulai pengembangan rakom di Lombok Barat. Anggaran yang mestinya untuk biaya dua rakom digunakan untuk lima rakom. Caranya dengan membangkitkan kebersamaan komunitas. Lima radio komunitas yang difasilitasi Inkomda ini mengilhami warga kecamatan lain untuk mendinkan rakom secara swadaya. Kini ada 17 rakom di Kabupaten Lombok Barat. Radio tersebut juga telah difungsikan oleh instansi pemerintah lainnya sepcii Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, Perkembangan rakom ini membuat anggota DPRD Lombok Barat berniat mendirikan rakom. Muchlas cukup tegas menyikapi. hal ini. “Bapak-bapak DPRD dilarang membuat rakom partisan partai, karena nggak ada istilah rakom partai,” tegasnya. Muchlas yakin kalau nanti dirinya tak lagi di Inkomda, rakom akan tetapi jalan. “Orangnya boleh beda tapi kebijakan, kegiatan dan perhatian tetap harus jalan. Saya akan membuat sistem. Walau saya pergi sistem ini akan tetap bertahan,” ujar bapak tiga anak ini”.